"Jen, kau sudah makan belum?" tanya Hendery yang sedang merapikan bukunya dan mengekori Jeno keluar pintu.
"Tumben nanya?"
"Aku mau traktir."
Jeno menatap Hendery dari ujung kaki sampai ke kepala. Ditatapnya lamat-lamat wajah Hendery. Kemudian dia meletakkan punggung tangan di kening sahabatnya itu.
Hendery yang bingung menepiskan tangan Jeno kasar.
"Kenapa denganmu?"
"Kau sakit? Atau sudah waktunya?"
"Ck! Kau mendoakanku cepat mati?" sungut Hendery dengan wajah kecewa.
"Bukan. Tidak biasanya mengajakku makan. Apalagi sampai traktir."
Hendery melipatkan tangan di dada kemudian menatap Jeno lamat-lamat. Raut wajahnya penuh penyesalan.
"Aku mulai berpikir, kenapa kita tidak pernah makan bersama seperti dulu? Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kita makan di luar bersama."
Jeno menggeleng-gelengkan kepala malas. Sedikit dia menyunggingkan senyum miris. Sungguh miris mempunyai sahabat aneh dan hyper seperti Hendery.
"Jangan dilanjutkan! Jika didengar orang, mereka bisa salah paham. Ayo!!" sungut Jeno sambil mendahului jalan Hendery.
"Apa salahnya sedikit menunjukkan keromantisan kita, Jen," ujar Hendery merangkul lengan Jeno posesif.
"Kau pikir aku sama sepertimu? Aku laki-laki normal. Ingat itu!" sahut Jeno sambil menjauhkan kepala Hendery yang sudah bersandar di bahunya. Segera Jeno berjalan cepat untuk meninggalkan Hendery.
"Aku juga normal, Sayang. Tunggu, Jen! Kenapa cepat sekali kau jalan."
Hendery mengejar Jeno yang berjalan dengan langkah besar.
"Hei! Apa kalian sedang berkencan?!!!" teriak seorang gadis berambut panjang dari ujung koridor.
Serentak Jeno dan Hendery menatap ke asal suara. Terlihat Jenny yang sedang memeluk beberapa buku di dadanya dengan senyum mengejek. Cepat-cepat Hendery menuju ke arah gadis itu.
"Kau!!"
Hendery menarik keras rambut Jenny, hingga dia memekik.
"Sakit Edy!!!" Jenny meringis dan mencoba melepaskan tangan Hendery dari rambutnya. Namun, sia-sia. Mau tidak mau pekikkannya semakin keras, dan Jeno pun datang untuk melerai.
"Lepaskan, Hend! Kenapa kau kasar sekali dengan seorang gadis?"
"Tidak ada gadis seperti ini." Hendery menatap Jenny dengan wajah mengolok. "Berbeda jauh dengan Hyera yang anggun, pintar, dan juga cantik. Belajarlah menjadi seorang gadis dari Hyera, Anak kucing," gerutu Hendery seraya menatap Jenny tajam. Tarikan di rambut Jenny terlepas saat Jeno menepis tangannya.
"Siapa Hyera?"
Jenny menatap bergantian ke arah Hendery dan Jeno sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Wajahnya tampak penasaran, dia bahkan lupa apa yang dilakukan Hendery barusan.
"Yang pastinya lebih cantik darimu," jawab Hendery sambil menatap Jenny dari ujung kaki ke kepala. Tatapan mengolok.
"Ck! Jangan memancing kesabaranku, Edy! Kau pikir apa yang bisa dilihat darimu!" cebik Jenny kesal.
"Kau tidak ikut dengan kami?" ajak Jeno. Tangannya ikut merapikan rambut panjang Jenny yang masih sedikit berantakkan. Dia harus mengalihkan pertengkaran kedua anak manusia yang memang seperti Tom dan Jerry di dunia nyata itu. Entah apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya hingga membuat kedua manusia ini selalu bertengkar saat bertemu. Jika terus membiarkan keduanya terus beradu mulut bisa menimbulkan tontonan gratis untuk orang sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last December (Tamat)√
FanficTuhan.. Jika memang masih ada sedikit kebahagiaan yang kumiliki. Aku ingin memberikan semuanya untuk Hyera. Tidak masalah aku pergi lebih cepat, asal gadis itu benar-benar bahagia tanpaku.