Malam ini Jeno menjemput Hyera dari tempat kerja. Tentu saja itu membuat gadis itu senang tidak karuan. Walau tanpa kendaraan, dan hanya berjalan kaki tetap saja itu tidak menyurutkan kebahagiaan gadis itu. Karena, walaupun begitu mereka tetap bisa menikmati jalanan ramai dan indahnya malam di sekitar kampus.
Kampus dan rumah Jeno memang jaraknya tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit. Bahkan setiap hari mereka berdua hanya berjalan kaki saat pergi ke kampus.
Hyera mengeratkan genggaman tangan Jeno. Walau malam ini terasa dingin, tubuhnya benar-benar hangat sejak tadi. Sesekali dia tersenyum menatap Jeno di sampingnya.
"Kamu bisa kesandung kalau terus menatapku, Ra," ujar Jeno dengan senyum manis.
"Salah sendiri kenapa kakak tampan."
"Kamu sepertinya senang sekali."
Jeno mencubit kecil pipi Hyera, terasa dingin. Hingga kemudian diperbaiki syal biru yang terlilit di leher gadis itu. Sambil mengangguk keras, Hyera kembali tersenyum lebar.
"Ini pertama kalinya kita jalan malam-malam. Ternyata asyik juga," ucap Hyera sambil mengangkat genggaman tangan mereka ke atas.
Jeno tertawa lebar, kemudian memasukkan genggaman tangan mereka berdua ke dalam sakunya. Walau Hyera tersenyum sejak tadi, dia yakin gadis ini pasti kedinginan. Terlihat jelas hidungnya yang sedikit memerah.
"Tapi kamu pasti kedinginan."
"Tidak. Tapi, begini juga aku suka, Kak."
Hyera melebarkan senyumnya saat tangan besar Jeno mengurung tangannya erat.
"Ya sudah, kalau begitu mulai sekarang setiap malam aku akan menjemputmu. Jadi kita bisa jalan seerti ini, bagaimana?" saran Jeno seraya menoleh ke samping. Gadis di sampingnya ikut menoleh dengan senyum semakin melebar. Sangat manis. Sungguh pandai Sang malam memorakporandakan jantung Jeno. Desiran-desiran aneh perlahan menghangatkan tubuhnya ketika menatap wajah cantik Hyera diterpa temaram cahaya. Entah karena ini pertama kalinya mereka berjalan di malam hari, tapi wajah Hyera terlihat cantik malam ini.
Hyera mengangguk keras masih menampilkan deretan gigi rapinya. Jeno mengacak-acak rambutnya pelan. Ada perasaan bangga pada dirinya sendiri karena sudah membuat Hyera bahagia. Berharap saja kalau dia orang pertama yang memberinya.
"Oya kak, tadi aku ketemu kak Jenny," ucap Hyera tiba-tiba.
Jeno menghentikan langkah. Dia memang tidak sesering dulu bertemu Jenny. Terkadang hanya melihatnya dari jarak jauh saja. Entah perasaanya saja, sepertinya Jenny menghindarinya. Mungkin ada hubungannya dengan Hyera. Seperti tadi. Jenny bahkan lebih memilih makan dengan Hendery tanpanya.
"Apa yang dia katakan padamu? Apa dia marah padamu?" tanya Jeno gencar. Sedikit dia takut jika saja Jenny berkata kasar pada Hyera, karena di tahu betul kalau Jenny bukan gadis yang ramah.
Hyera menggeleng dengan tatapan kesal. Dengan sahabat sendiri saja Jeno seperti ini, apalagi dengan orang lain.
"Ck! Kak Jenny itu orang baik. Kenapa kakak ngomong begitu?" kesal Hyera dengan nada kecewa.
Jeno terkekeh. Dia menatap gadis di sampingnya tidak percaya. Apa Hyera sudah dipengaruhi oleh Jenny? Karena dia juga sempat tahu, kalau Jenny sedikit tertarik dengan Hyera. Dia tahu, karena Jenny sering menanyakan tentang kekasihnya ini padanya.
"Kamu kesambet? Atau jangan-jangan kamu sudah dipelet sama dia?" tanya Jeno masih tidak percaya. Sedikit matanya menyipit penuh selidik.
"Maksud kakak apa? Sama teman sendiri, kok begitu. Jadi maksud kakak, kak Jenny itu jahat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last December (Tamat)√
FanfictionTuhan.. Jika memang masih ada sedikit kebahagiaan yang kumiliki. Aku ingin memberikan semuanya untuk Hyera. Tidak masalah aku pergi lebih cepat, asal gadis itu benar-benar bahagia tanpaku.