1 - [NORMAL]

459 54 9
                                    

1 - [Normal]

Semuanya harus kembali normal. Satu minggu setelah orang itu pergi, yang kulakukan adalah berangkat ke kota, membawa serta Morgan. Di sinilah kehidupan normalku akan berjalan—sebagai Pepper Potts, CEO dari Stark Industries; bukan sebagai istri seorang Avengers terbaik di bumi ini.

Seperti biasa, kami di antar Happy ke kantor. Di sisiku, Morgan tak henti mengajakku mengobrol soal apa saja yang ia bawa dari garasi rumah ke mobil.

Yah, jelas, aku tidak bisa menolak perizinannya. Tepat setelah aku mengangguk, anak itu—seakan tidak sadar umurnya yang baru lima tahun—berlari ke garasi Tony dengan wajah antusias. Wajah sang pemikir hebat.

Begitu ke luar dari tempat favorit Tony itu, Morgan membawa arc reaktor Mark 49, blue print lama dari arc reaktor yang ada di bekas Stark Tower, dan blue print beberapa desain tower buatan Tony, Steve, Bruce, Nat, dan Clint. Saat kutanya untuk apa dia membawa semua itu, jawabnya :

“Mainan.”

“Mainan?” Happy sampai-sampai tertarik masuk ke dalam percakapan kami. Dari balik kemudi, dia mengarahkan spion dalam ke arah Morgan supaya dapat melihat keponakan angkatnya itu.

“Memangnya aku tidak boleh penasaran, Paman Happy?”

Pertanyaan balik itu—sangat Stark. Tampang imut Morgan berbanding terbalik dengan intonasi sarkasnya, berhasil membuat Happy mengangkat alis menanggapinya. Dia kehilangan perbendaharaan kata, tergagap, seperti baru kalah berdebat dengan Tony.

Segera, kubantu dia. “Dia masih anak-anak, Hap. Anggap saja begitu.”

“Aku yakin, isi kepalanya bukan lagi soal anak-anak.”

“Lalu?”

“Bisa saja tiba-tiba dia menyelinap ke depan komputermu dan membuat sesuatu?”

Mendengar pertanyaan kemungkinan itu, sungguh, aku sama sekali tidak ragu. Dengan aku yang lebih banyak ke kota untuk mengurus perusahaan, praktis Morgan lebih banyak di rumah bersama Tony. Kalian tahu bagaimana Tony dan apa saja yang mungkin dia ajarkan kepada anak kami, kan?

Aku tertawa pelan membalas Happy, mengangguk saja mengiyakan sangkaannya. “Aku akan segera membuat server khusus untuknya kalau itu terjadi, tenang saja.”

— Itu jugalah yang akan dilakukan Tony, kukira.

“Mommy?”

“Hm?” Dari pandangan ke arah jendela, aku teralih, menoleh pada Morgan. “Ada apa, Sayang?”

“Bisakah kita menghubungi Bibi Nebula? Aku ingin menitip salam.”

Ah, ya. Malaikat penolong Tony itu berkelana lagi ke luar angkasa bersama Guardian begitu pemakaman Tony selesai. Aku mendengar kabar dari Valkyrie bahwa Thor ikut dengan mereka, entah mau apa.

Teringat rasa penasaran Morgan kepada Bibi Birunya itu, aku membalas, “Untuk siapa?”

“Untuk ayah.”

Hening, tapi akhirnya aku sadar alasan Morgan mempunyai niatan itu.

Tepat di hari pemakaman, Thor berbicara padanya. Saat itu, ia menghampiri Happy dan Morgan yang sedang duduk mengobrol di kursi dipan. Aku memang tidak terlalu menghiraukan mereka karena sedang diajak mengobrol oleh Harley di dalamtentang kronologi pertarungan itu. Tapi, berikut ini cuplikan percakapannya.

“...Kau tahu? Daddy juga suka burger keju. Nanti akan kupesankan burger keju yang banyak, ya.”

LEGACY [Fan Fiction] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang