28 - [KARMA]

96 14 3
                                    

28

KARMA


Ya, memang benar Pepper melakukan yang dia pikirkan. Usai tiba di rumah setelah mendadak keluar dari tur singkatnya bersama Hank di pusat kendali Pulau Pym, Pepper memang mempersilakan Jane pulang dan menyiapkan Morgan untuk tidur karena sudah lelah setelah makan juice pops dan sandwich buatan Janet.

Jadi, tak apalah tidur sebelum makan malam. Dengan Morgan yang terlelap, Pepper jadi punya kesempatan membicarakan beberapa hal bersama Janet—terutama berkaitan dengan obrolan ibu Hope itu dengan anaknya. Siapa tahu dia mengemukakan penasarannya mengapa Pepper membawanya ke mari?

Setengah jam kemudian, Pepper sudah meninabobokan Morgan di kamarnya, kasur king size yang pernah ia tiduri bersama si robot itu. Pepper berusaha mengusir bermacam pikiran yang akan mempengaruhi ekspresinya di depan Morgan. Dengan lembut, ia menyanyikan lagu tidur untuk Morgan.

Lima belas menit setelah Morgan terlelap, Pepper masih asyik membelai rambut gadis ciliknya. Lima menit kemudian, ia turut terlelap. Meluncurlah dengan mudah mimpi berisi memorinya tentang pembicaraannya dengan Tony (yang asli) sebelum misi 'Perampokan Waktu'.

Pembicaraan itu diakhiri oleh kalimat yang bukan terucap darinya. Ya, suara si pengucap memanglah dirinya. Namun, kalimat yang sesungguhnya Pepper ucapkan setelah Tony berkata, Aku berjanji adalah bukan Jangan menjanjikan hal yang tak bisa kau tepati, melainkan ....

"Kembalilah dengan selamat, Tony."

Kalimat yang sama terucap darinya, kini, setelah Morgan menyodorkan ponsel Pepper. TONY baru saja meneleponnya, dan dia mengatakan kebohongan lagi.

Entah bagaimana, mulut dan hatinya masih tak sinkron.

"Aku akan menghabisi si Hammer ini terlebih dahulu. Doakan aku. Aku mencintaimu."

Pepper termenung. Di sisi jendela kamar yang langsung mengarah ke pantai—sama seperti saat di Malibu—ia hanya membeku memandang ke arah laut sana dengan kosong, benar-benar kosong. Mendengar kata itu terucap kembali dengan nada Tony-nya, tak ada yang bisa ia lakukan selain menggenggam ponsel lebih erat.

Ya, Pepper tidak menjawab. Ia hanya menyahut, "Hati-hati, Tony."

"Aku selalu hati-hati." TONY terkekeh di seberang. Tiba-tiba terdengar suara ledakan. "Oh, shit!"

Mau tak mau, Pepper terkekeh. Ledakan dan makian TONY barusan—sama seperti Tony—kontradiktif dengan ucapan sebelumnya. "Sudah, ya. Kau, konsentrasilah terbang."

"Ay ay, Mam!"

Sambungan terputus. Pepper melepas ponselnya dari telinga dan, tadinya, hendak bergabung dengan Morgan mengangkut alat-alat kemahnya dari kotak mainan di bawah tempat tidur gadis kecil itu. Namun, seiring langkah Pepper yang tiba di ambang pintu, nada dering ponselnya kembali terdengar.

Pepper berhenti sejenak dan melihat layar.

Rhodes. "Hai, Rhodey."

"Ya, hai." Tersirat nada sarkastik dari ucapan itu. "Kau jadi ke mari? Morgan bilang kalian akan menginap di sini."

Serentak, Pepper mengernyit, merasa tak pernah mendengar Morgan—

Oh, ya. Ia baru teringat, anak itu memang mengatakannya. Morgan memang bilang kepada Rhodey soal ketersediaan kamar di rumah pensiunan AirForce itu. Rencana menginap di rumah Rhodey gagal karena TONY telah menavigasi Mark 90 dan Rescue milik Morgan ke Pulau Pym—tentu saja, ini pun tanpa diketahui Pepper. Sungguh, Pepper tidak tahu apapun tentang TONY melibatkan Hank dan Janet. Ia hanya tahu mengenai keterlibatan Scott dan Hope. TONY baru memberi tahu soal Pulau Pym ketika Pepper menyadari navigasi Mark 90-nya tidak bisa digerakan secara manual. Kemudian, setelah ia menyampaikan keheranannya, TONY barulah memberi tahu semuanya.

LEGACY [Fan Fiction] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang