34 - [WAKTU YANG SALAH]
//Kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah 😢//
Jesse Coffeshop.
Di sinilah sapaan itu berakhir. Karena Harley merasa tak punya suguhan yang pantas untuk Ms. Lang, akhirnya ia mengajak Casey ke coffeshop favoritnya. Tentu saja, Morgan dibawa.Harley telah mengetahui soal Casey yang ditiru oleh Melina? Ya. Dia tahu saat kunjungan pamitan ke rumah keluarga itu. Hope yang menceritakannya. Ia mengetahui itu ketika sadar, Casey tidak mungkin pulang ke rumah dari persiapan perkemahan musim panas bersama teman-temannya yang sudah sangat ia nantikan itu, meski hanya untuk mengambil sesuatu yang tertinggal, misalnya.
Kala itu, Scott dan Hope sama sekali tidak curiga karena sorenya Casey tiruan berangkat ke perkemahan itu. Teman-teman 'tiruan'nya pun mengajak gadis itu berangkat bersama. Jadi, lengkaplah sudah ketidakcurigaan mereka.
Ya, seperti yang dikatakan Harley, para halusinator itu telah belajar.
Kini, usai memandang gadis yang telah dinyatakan asli oleh Jarvis Jr. itu, Harley hanya menyesap espressonya dengan perlahan sambil mendengkus.
"Kau hanya ingin melihat kami?"
"Ya. Dad bilang keluarga Stark yang tersisa pindah ke sini. Lagi pula, ada yang perlu aku sampaikan."
"Katakanlah," ucap Harley mempersilakan.
"Aku mengadakan penelitian tentang robotik kuantum untuk tugas akhir mata pelajaran robotika. Aku mau memakai penelitian robotikmu sebagai salah satu pembanding kajiannya. Singkatnya, aku datang untuk perizinan hak cipta."
Begitu Casey menyelesaikan ucapannya, Harley mengangkat alis lantas menyeringai. Casey sama sekali tidak menyadari bahwa lelaki itu mengharapkan jawaban lain dari persilahan bicaranya itu.
"Sebelumnya, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Harley akhirnya, bermaksud menyampaikan rasa penasarannya dengan terang-terangan.
"Ya, silakan." Ms. Lang mengangguk.
"Kenapa kau ... tidak mati?" Ya, kenapa? Kalau memang Iron Maiden menyamar sebagai Casey, seharusnya orang di hadapanku ini mati.
Tak disangka Harley, permulaan jawaban dari pertanyaan itu bukanlah decakan tersinggung. Casey tersenyum tipis. Arah pandangnya seketika dipalingkan kepada Morgan yang sedang asik melanjutkan oprekan pada server komando Jarvis Jr. di dekat meja kasir sana menggunakan rental komputer kafe ini. Anak itu terlihat terfokus pada layar di hadapannya.
Casey terkekeh miris, malu melihat betapa mudahnya Morgan melanjutkan hidup setelah apa yang terjadi. Mau tak mau, gadis itu menghela napas lalu tertunduk. "Hanya ... nyaris. Teman-temanku yang menjadi korban bombardir drone itu. Aku pun kiranya akan demikian kalau tidak menceburkan diri ke sungai dan berpura-pura mati sampai drone itu pergi."
Namun, tundukan duka itu tak berlangsung lama. Casey kembali menegakan wajahnya untuk balas menatap sang lawan bicara. "Sebagai informasi, aku baru bisa datang siang hari ini dan melanjutkan hidup juga karena baru selesai menghadiri pemakaman teman-temanku. Jadi, tolong, bisakah kita kembali pada topik awal?"
Mendengarnya, ekspresi tegas itu mau tak mau melembut. Membalas Ms. Lang, Harley hanya mengulas senyum dan mengangguk sekali. "Aku turut berduka kalau begitu."
"Terima kasih."
"Jujur, aku sangat tersanjung mendengar soal meminta perizinan itu. Tapi, aku rasa apa yang kukerjakan pada IronDrone masih piyik."
"Kau bercanda? Itu karya seni robotik abad 21, Harley!"
Tak terlalu menghiraukan antusiasme itu, Harley hanya terkekeh. "Bolehkah aku memberi saran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGACY [Fan Fiction] ✔
Fiksi Penggemar[Setting waktu setelah Avengers Endgame] [Fanfict MCU] "Kau bisa istirahat sekarang." Itulah kalimat terakhirku untuknya. Untuk pahlawan terbaik. Untuk sang penyelamat jagad raya. Untuk ayah terbaik bagi anak-anak kami. Dia pergi dengan tenang, aku...