30 - [KETAKUTAN TAK BERNYAWA]

88 14 0
                                    

30 - [KETAKUTAN TAK BERNYAWA]

TONY membeku. Di medan perang, sebuah memori penciptanya mengusiknya, membuat pria A.I itu hanya bisa terdiam memandang siapa yang diperlihatkan oleh Thunderbolts alias Helmut Zemo.

"Sudah berulangkali aku katakan, tidak ada negosiasi dan main belakang, Robot. Serahkan batu itu."

TONY membuka helm Iron Mannya, menatap Zemo secara langsung dan medan perang ini. Satu kompleks gedung luluh lantak, api ada di mana-mana, asap menyamarkan indahnya langit sore California. Semuanya berantakan. Setengah jam pertarungan, mereka berdua saja sudah menghancurkan harta terakhir keluarga Stark.

Tebak mereka ada di mana.

TONY menelan saliva. Ia ragu, takut, menyesal, tapi lebih banyak rasa marah dalam pandangan itu. Marah, karena Zemo seorang baru saja mengusik warisan terakhir Tony untuk masa depan.

Walau, ya, sosok itu tengah bermain bersama Rossie, ia tahu persis apa yang akan dilakukan Zemo.

Dalam diamnya yang sejenak, TONY terpikir sesuatu.

"Tidak ada lagi trik, TONY." Zemo menyeringai. Tangan kanannya yang mengenakan satu senjata modifikasi Chitauri menarik TONY mendekat.

Sebelum sempat tangan kiri yang terbalut alat juga mengambil Soul Stone, TONY melancarkan satu kejutan.

Helm Iron tertutup. Berondongan tembakan yang datang tiba-tiba  membuat Zemo memundur, berlindung. Sigap, TONY terbang ke atas, sejajar dengan sumber tembakan.

"Ternyata kau cukup pintar membaca pesanku, Mr. Lord."

"Atau Friday yang cukup jeli menangkap keberadaan pesawatku sehingga kau bisa menghubungiku."

Di dalam helm, TONY mencibir ucapan itu. "Yah, anggap saja aku butuh siapa pun yang ada di sekitar sini."

"Yang benar saja? Kau cuma melawan satu orang!"

"Tidak. Pakai helm inframerahmu."

Dari dalam pesawatnya, StarLord menurut. Setelah itu, barulah ia melihat semuanya.

Benar-benar semuanya. Six Elementals yang sudah dibasmi Peter dan Harley pun berkumpul di sini. Harry Osborn, Toomes, Sandman, Hydroman, hingga Iron Maiden berbaris memandang mereka.

StarLord menelan saliva, gugup. "Kenapa kau tak habisi mereka kalau ... kau melihatnya?"

"Masalahnya, aku tidak bisa menghabisi udara kosong. Walau kita bisa melihatnya, tetap saja, harus menunggu mereka muncul terlebih dahulu, dan itu entah kapan."

"Huh." StarLord mendengkus, disambut oleh Groot di sisinya yang mengangkat bahu. "Panel retroreflektif?"

"Bukan," jawab TONY yakin. "Selama ini, Peter, Harley, dan SHIELD hanya menghabisi ilusi. Untunglah Buckhart sudah kuasingkan."

Mimik wajah kapten kapal itu mengangguk mengerti. Namun, sebelum StarLord bisa membalas, TONY sudah menyela ekspresi bodohnya itu.

"Jadilah tidak terlihat! Aku akan ke bawah dulu."

Dalam helmnya, menyongsong Zemo yang memandangnya, TONY bergumam, "Maafkan aku, Kawan-kawan. Ternyata semua tidak sesederhana yang kukira."

LEGACY [Fan Fiction] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang