9 - [KILAS BALIK: OMELETTE TALK]

149 22 3
                                    

9 - [KILAS BALIK: OMELETTE TALK]

//PS: Chapter ini full flashback. Referensi alur dari pasca film Iron Man 2. Di sini kita hilangkan dulu adegan aksi dan duka-dukanya ya. Let's enjoy Pepperony romance! :*//

Malibu Port, 2010.

"Kau jangan bercanda, Tony. Kita mau ke mana? Apa mataku harus ditutup seperti ini?"

"Harus, Sayang."

Pepper merasakan tangan itu masih menuntunnya menjelajahi lantai bawah, garasi rumah ini. Namun, tetap saja dia penasaran akan dibawa ke mana dirinya sekarang. Datang-datang dari Washington, tanpa berkata panjang-lebar, Tony langsung mengeluarkan kain hitam dan menutup matanya.

"Tony, aku serius. Kau mau apa? Kenapa tidak katakan saja langsung-"

"Kau tidak ingat? Kaulah yang mengingingkan ini, Pep."

Menyadari ucapannya dipotong dengan nada bossy itu lagi, Pepper tak bisa menahan diri untuk mengernyit heran. Sungguhan, kepalanya mengingat-ingat, bagian mana dari ucapannya yang meminta sesuatu kepada Tony?

Well, selain pengunduran diri yang tidak disetujui Tony, Pepper tidak ingat pernah meminta hal lain kepada pria itu.

"Jarvis, tusukan jarumnya."

"Jarum? Oh, aku benci ini.... Kenapa harus ada jarum? Tony, sebaiknya kau lepaskan tanganku sekarang!"

"Sebentar."

Tiba-tiba, musik menghentak terdengar dalam volume pelan. Masih belum mau membuka penutup mata yang menghalangi pandangan Pepper, Tony hanya lanjut berkata, "Kau menginginkan sebuah penjelasan, kan? Aku suka menjelaskan sesuatu ditemani hal-hal yang kusuka. Maaf bukan musik klasik."

"Apa yang ingin kau jelaskan?"

Tony tidak menjawabnya dengan kata, kali ini. Setelah mendudukan Pepper ke atas sebuah kursi, pria itu membuka penutup matanya.

Yang pertama kali menjadi perhatian Pepper adalah dua bungkus omelet, lengkap dengan dua gelas minuman dan tambahan sampanye untuk mereka, lalu dirinya dan Tony yang duduk di meja makan dadakan di garasi lantai dasar ini.

Tony tersenyum lebar menyaksikan kekagetan kekasihnya.

Sementara Pepper? Yang ditunjukannya hanyalah sorot mata tidak percaya, bersamaan menyadari alasan Tony melarangnya masuk ke lantai dasar. Ruangan ini-walaupun masih garasi-sudah didekorasi sedemikian rupa agar terlihat bagus untuk makan malam romantis.

" 'Aku membuatkanmu omelet dan jujur padamu'. Yah, walaupun secara fisik ini bukan omelet buatanku, hal yang akan kusampaikan masih termasuk hitungan menepati janji."

Di hadapannya, pria itu membuka bungkus omelet dan menyalakan lilin di meja makan mereka. "Sudah siap mendengarkan ceritaku sambil makan malam?"

"Apa ini cerita tentang masa sekaratmu?"

"Ya, yang itu." Memang sudah ciri khasnya, tanpa menunggu persetujuan Pepper, Tony memulai ceritanya tentang inti palladium yang sudah antik itu dengan menunjuk ke segitiga bercahaya di dadanya. "Sebenarnya inilah akar masalah dari keributan kita pasca pesta ulang tahunku. Sibuk mencari elemen yang cocok untuk pengganti palladium itu adalah salah satu alasanku menjadikanmu CEO. Aku hanya merasa...."

"Tidak bisa hidup lebih lama lagi?" Pepper mulai menyuapkan omelet bagiannya, memperhatikan kisah Tony dan gaya bercerita khasnya dengan seksama. Pria itu seringkali kesulitan menemukan kata-kata untuk jujur, dan Pepper sedang tidak mau pusing sendiri. Memperhatikan alur penjelasan ini baik-baik adalah satu-satunya jalan agar dia bisa mendapatkan cerita lengkapnya.

LEGACY [Fan Fiction] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang