27 - [PEP TALK - 2]
//Selamat menikmati :)//
Tak jauh berbeda dengan Morgan, Pepper tengah memperlihatkan pertanyaan yang sama pada Hank di sela tur mereka. Ketika berada di pusat kendali, obrolan di antara mereka bergulir pada rencana TONY dan hasil diskusinya dengan Hope dan Scott.
Ya, ia tahu bahwa TONY hanya melibatkan Scott dan Hope dari banyaknya Avengers yang tersebar di alam semesta ini. Tapi, tetap saja—apakah pria itu tidak bisa melibatkan Avengers yang, kasarnya, yatim-piatu atau sebatangkara?
Pepper tahu jelas rasanya kehilangan keluarga, dan rasa kehilangan itu masih melukainya hingga saat ini. Tambah melukainya.
Tepat sekali. Mulutnya memang menerima kebohongan yang dibawa TONY ke dalam hidupnya, tetapi tidak dengan hati kecilnya. Sepanjang terbang ke mari, ia berusaha menerima semua ini, meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang dilakukan TONY semata-mata bertujuan untuk menjaganya, tidak lebih. Tapi, menilik fakta bahwa tubuh buatan itu pernah begitu intim dengannya dan Morgan, ada bagian diri Pepper yang tidak terima.
Saat topik ini disodorkan oleh Pym, yang menjadi balasannya adalah pertanyaan itu. Di atas kursi santai di Pusat Kendali Atmosfer Pulau Pym, Hank duduk dengan rileks, memandang wajah tegas Pepper Potts dalam diam. Kemudian, ia menarik napas.
"Intinya sekarang begini saja," Hank memandang Pepper yang berdiri dekat meja kendali dengan serius. Mereka bersitatap, "apa yang kau harapkan dari kematian Tony? Aku tahu itu pertanyaan konyol, tapi jawab saja."
Pepper mengembuskan napas, "Yang aku harapkan, kami tida akan pernah disangkut-pautkan dengan hal-hal seperti ini lagi. Kau tahu maksudku, Hank. Sejak dalam pertama kalinya setelah lima tahun Scott, Steve, dan Natasha kembali ke hidup kami, aku sudah bisa merasakan semuanya. Hidupku dan Tony akan terganggu lagi, dan akan terus terganggu sampai misi selesai. Kini, masalah yang datang sekarang pun tak jauh dari batu jiwa dan hal yang hanya bisa diselesaikan oleh otaknya. Tidak adakah orang lain selain Tony yang bisa mengurus itu semua?"
Hank masih memandang Pepper dengan mengamati. Memang, kalimat bermakna keluhan itu tidak disampaikan dengan cara dan nada mengeluh. Nada berucap Pepper tetap tenang, bukti bahwa ia telah rela dengan kepergian Tony. Hank bisa menerka, hal yang membuat Pepper tak rela hanyalah kebohongan TONY yang kenapa harus mengikuti alur pikiran penciptanya?
Tidak adakah orang lain selain Tony yang bisa menciptakan itu semua?
"Kau seharusnya bersyukur, Mrs. Stark." Hank memandang Pepper, melembutkan sorot matanya.
"Terlalu jahatkah aku menginginkan sebentar saja waktu yang aman bersama Tony dan Morgan, dr. Pym?"
"Tidak," Hank menggeleng, "tidak ada yang jahat dari keinginan itu. Semua orang membutuhkan privasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGACY [Fan Fiction] ✔
Fanfiction[Setting waktu setelah Avengers Endgame] [Fanfict MCU] "Kau bisa istirahat sekarang." Itulah kalimat terakhirku untuknya. Untuk pahlawan terbaik. Untuk sang penyelamat jagad raya. Untuk ayah terbaik bagi anak-anak kami. Dia pergi dengan tenang, aku...