16 - [KELUARGA]

154 21 4
                                    

16 - [KELUARGA]

//Pepper POV


Dia tidak pergi. Ketika aku bangun, pria itu membuktikan bahwa yang kulihat semalam bukan mimpi. Pengakuannya, tangan kanan prostetiknya---semuanya. Tony kembali ke dalam hidupku, dan aku tak henti bersyukur karenanya. Takdir masih begitu baik pada kami.

Tapi, yang kulihat begitu pagi tiba bukanlah dirinya yang masih berada di atas tempat tidur. Dari pintu kamar yang langsung mengarah ke dapur apartemen ini, pria itu melaksanakan keinginannya semalam. Ya, dia tengah memasak. Semoga tidak akan membuatku dan Morgan keracunan.

Kali ini aku tidak mencoba melarangnya dan menjauhkannya dari kompor, karena kutahu itu percuma saja. Dia sendiri yang bilang tidak akan mempedulikan laranganku.

Memperhatikannya dari atas kasur---tingkahnya, bernyanyinya ketika menggerakan sodet mengolah masakan di atas penggorengan, 'fobia'nya terhadap minyak panas---membuatku tak bisa menahan senyum. Sejak dulu orang itu memang berbeda begitu berhadapan dengan kami, keluarganya. Jika di Pentagon atau di Stark Industries Tony bisa tegas, maka di rumah, dia akan menjadi dirinya sendiri.

Tiba-tiba Morgan bergerak-gerak di tengah ranjang, mengalihkan perhatianku.

"Hu-aaaa...." Dia menguap. "Mommy...?"

"Pagi." Aku mengulas senyum, "Sudah mau bangun?"

Anak itu hanya mengangguk menjawabnya. Saat aku menggendongnya, dia membenamkan kepalanya di ceruk leherku seolah menjadikannya sebagai bantal pengganti. Tak ketinggalan, tangan kanannya pun melingkar manja di bahuku. Morgan menarik napas, "Di mana daddy?"

"Daddy di sini, Little Miss." Tony yang menjawabnya dari dapur. Saat aku dan Morgan ke luar kamar, dia kemudian berbalik dari meja dapur, terlihat sudah selesai dengan masakannya. Dua piring besar ada di tangan, sedangkan satu piring kecil  ditempelkan di lengan bawah prostetiknya. 

Magnet. Uh-huh. Sungguh visioner. Dia bahkan memikirkan cara agar tidak dua kali balik ke meja dapur. 

Atau, dia tidak memikirkan cara yang menyebutkan 'taruh saja dulu tiga piring di atas meja makan dan bawa wajannya'. 

Aku mendengus, terlebih lagi ketika melihat masakan Tony. "Apa itu? Omelet hitam?" 

---Yah, warnanya memang hitam, tapi aku tidak yakin omelet itu gosong. Sepertinya masakan itu memang hitam.

"Kau tahu? Padahal Ramonda bilang ini resep khusus Kerajaan Wakanda." 

Seketika itu juga aku langsung teringat bahwa masa-masa penyembuhan Tony dilewati di Wakanda. Meskipun---well, sesuai katanya---Tony baru saja menyuguhkan keluarga kecil kami masakan kerajaan, aku tidak mau terjebak dalam antusiasme 'Aku tahu masakan itu' atau semacamnya, dengan menambahkan, "Aku rasa nama masakannya terdefinisikan cukup jelas dari bentuknya, Tony. Kesibukan single parent yang kau tinggalkan selama satu bulan ini tidak membuatku sempat berwisata ke Wakanda atau menghubungi Ramonda, jika itu yang kau maksud." 

Menjawabnya, pria itu hanya menyeringai dan meletakan ketiga piring kami ke atas meja makan minimalis di hadapan meja dapur. "Akhirnya aku bisa mendengar ucapan itu lagi." katanya tiba-tiba, disertai dengan seringaian sneaky yang malu-malu kucing itu. "Kau tidak tahu bagaimana rasanya terpenjara dalam craddle itu. Bosan." 

"Oh ya." Aku duduk, mendudukan Morgan di atas pahaku. "Kau selalu bosan tidak bisa melakukan apa-apa." 

"Bicara soal tidak melakukan apa-apa, hari ini libur. Kita harus melakukan sesuatu bersama." Tony mengusul, mengikutiku yang memulai sarapan pagi pertama kami dalam formasi yang benar-benar lengkap. 

LEGACY [Fan Fiction] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang