3 - [SPIDER-PETER]
Stark Industries, 8 p.m
Masih di hari yang sama, seharian ini Harley dan Morgan menjadi penghibur yang tepat, tak hanya untukku, tetapi juga untuk seisi kantor. Mereka melakukan tur keliling kantor setelah Morgan bosan berdiam di ruanganku. Yang menjadi hiburannya adalah, mereka kompak memakai baju baja buatan Tony. Kostum rescue berubah lucu sekali ketika ukurannya menyusut menjadi seperti Morgan. Harley menjaganya dengan baik, omong-omong, karena sepanjang turnya tidak ada senjata rescue yang ditembakan Morgan secara tak sengaja.
Kini, usai rapat penutupan bulan di lantai paling atas, aku menemukan mereka berdua sudah terlelap tidur di sofa ruangan ini. Harley memeluk Morgan yang bertelungkup menenggelamkan kepalanya ke dalam dada bidang pemuda itu.
Sungguh pemandangan yang menyejukan---dan makin menyejukan kalau yang kulihat itu adalah Tony dengan Morgan. Hh....
Berusaha tidak menganggu mereka, aku masuk ke toilet ruangan ini dengan pelan. Tepat satu langkah di dalam, smartwatchku berbunyi, menandakan panggilan masuk. Dari Happy.
Proyeksi hologram kecil terbentuk di atas jamku setelah aku menjawab panggilannya. “Ya, Hap?”
Dari remang latar belakangnya, Happy terlihat tengah berada di depan kamar Peter yang pintunya tertutup. Wajahnya muram, entah karena apa.
“Ada apa?”
“Peter mengurung diri lagi setelah beraksi. Dia baru saja selesai mengagalkan sebuah transaksi narkoba di Downtown. ”
Kelakuan hebat yang ke sekian kalinya dari anak angkat Tony itu. Sejak pertama kalinya aku tahu Tony berencana merekrut Peter ke dalam Avengers, Tony seperti sudah tahu potensi anak ini . Walau …yah, kau tahu, Peter sering membuat ulah, berulangkalipula Tony berkata, ‘Dasar pembangkang, sama sepertiku.’
Dan, aku hanya bisa tersenyum menanggapinya, begitupun kali ini—tidak panik seperti respon May pertama kali terhadap pekerjaan baru keponakannya itu.
“Mungkin dia hanya sedang membersihkan diri?”
“Seharusnya dia tidak perlu mengunci pintu, Pepper. Peter harus makan malam. Bagaimanapun juga dia masih manusia. ”
Itu suara May, aku tahu. Nada khawatir terdengar jelas darinya. Hh... Peter. Sejak hari itu, memang dialah yang menampakan kesedihan mendalam atas kepergian Tony. Aku tahu anak itu sama terpukulnya denganku. Setelah semua yang mereka lalui, kehilangan Tony sama seperti kehilangan ayah baginya.
Aku menarik napas, mencoba mencari kata yang tepat untuk mengajak Peter bicara.
“Bilang, aku ingin bicara.”
“Ya.” “Peter, Nyonya Stark ingin bicara denganmu!”
KLK! Ajaib , pintu langsung terbuka. Happy menyerahkan alat komunikasinya pada Peter. Anak itu kemudian kembali menutup pintu dan duduk, menggunakan tubuhnya sendiri sebagai pengunci pintu.
Aku menarik napas , mencoba menyapanya. “Hei, jagoan.”
Peter mengusap air matanya. “Hai, Mrs. Stark.”
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGACY [Fan Fiction] ✔
Fanfic[Setting waktu setelah Avengers Endgame] [Fanfict MCU] "Kau bisa istirahat sekarang." Itulah kalimat terakhirku untuknya. Untuk pahlawan terbaik. Untuk sang penyelamat jagad raya. Untuk ayah terbaik bagi anak-anak kami. Dia pergi dengan tenang, aku...