31 - [SIBLINGS]
//Gak tau kenapa gak sreg pakai pov 3. Jadi aneh, iya gak, sih? Pov 1 ajalah, wkwkw.... Gak mau diterbitkan ini. Anyway, enjoy!
-Harley-
Kalau kalian mengira kepergianku dari rumah Casey Lang adalah untuk mengejar tukang kamuflase itu, kalian salah besar. Aku bahkan sama sekali tidak peduli. Sejak awal, mereka sudah masalah Dad. Untuk apa aku mengurusinya juga---apalagi setelah kutahu bahwa Peter dan kekasihnya dalam bahaya, Morgan menjadi incaran, dan dia serta Mom entah di mana.
Jelas, lebih baik aku menghubungi seseorang yang bisa melihat 'nyaris segalanya'.
Beberapa jam berlalu dari kepergianku menemui orang itu, Peter dan kekasihnya sudah aman meski Edith masih entah di mana. Morgan? Aku tahu dia ada di tangan yang tepat. Asal jangan ada satu pun yang nekat mengamankannya, mereka tidak akan berbuat apa-apa.
Eh, ya, aku memang menghubungi Dr. Strange dan menjelaskan semuanya. Melalui guci ajaibnya, dengan setengah jengkel karena kebohongan Dad robotku kubongkar di depan dia dan beberapa teman superhero yang lain seperti Thor, Loki, Rocket, dan Guardiannya, Master Ilmu Sihir itu mau mencari keberadaan Peter dan MJ, lalu Morgan, dan terakhir---Dad robotku dan Mom.
Seorang Harley Keener tidak terpikir melakukan semua itu setelah tahu gadis yang dicintainya sejak dulu justru ditembak mati di kepala? Pikiran kalian sungguh dangkal. Bagiku--bagi diri baruku, sebenarnya--balas dendam hanya membuang-buang waktu. Sudah jelas aku tertinggal banyak sekali dan tak tahu menahu soal rencana jahat Zemo (kalau aku tidak salah dengar dari sayup obrolan Dad dengan Scott dan Hope) kepada Dad dan Mom. Dalangnya, ya aku tahu dia bekerja sama dengan mantan tahanan politik Justin Hammer. Friday membantuku dengan semua informasi itu selama terbang ke sana kemari memastikan orang-orang terdekat keluarga Stark aman-aman aja.
Happy, Rhodey, May, Fury, para superhero, dan sekarang Peter dan MJ---mereka semua aman. Bagiku, itu merupakan bukti bahwa Hammer dan Zemo hanya benar-benar menyasar Dad dan Mom-ku yang sudah tua itu.
Kekanak-kanakan.
Benar-benar, aku tidak habis pikir. Apa yang sebenarnya ada dalam pikiran mereka sekarang? Daripada membalas dendam terhadap ayah dan ibuku dengan ilusi segitu hebatnya dan rencana yang begitu matang, kenapa tidak---kasarnya---bunuh saja mereka di tempat? Ribut betul.
Ralat. Bunuh saja ayah robotku di tempat. Tidak, Mom tentu tidak boleh mati.
Untuk itu, kupikir Mom akan membutuhkan bantuanku dan beberapa teman Tony. Strange memimpin mereka---Thor, Loki, Rocket, Nebula, dan beberapa lagi yang akan mereka panggil di perjalanan---ke arena pertarungan. Ya, puing Stark Industries.
Terserahlah mereka ingin berbuat apa di sana, yang jelas, setelah memastikan Peter dan MJ baik-baik saja, aku akan menyusul. Jadi, setelah tadi Dr. Strange membuka portal pengaman menuju tempat Peter dan MJ, aku melangkah masuk.
Kalian tahu apa yang dimaksud tempat aman itu? Apartemen lama Peter dan May di Queens.
Sialan.Saat aku melangkah lebih dalam, dua sejoli itu terlihat tengah terdiam di posisi mereka masing-masing. MJ tengah memandang pemandangan di jendela, Peter---seperti biasa, si cengeng itu sembab---tengah tertunduk saja di atas sofa ruang tamu. Kata Dad (Tony, bukan TONY), sofa itulah yang pertama kali didudukinya saat tiba di apartemen Peter dan May, ketika mau mencari bala bantuan untuk menangkap Kapten Rogers gara-gara Civil War.
"Hai, kalian baik-baik saja?" tanyaku sambil memandang mereka berdua.
Tidak ada reaksi berupa tolehan dari MJ. Tapi, Peter mengangkat wajahnya dan memandangku lesu. Dia sama sekali tidak menghiraukan kostum Spidermannya yang tercabik---walau lukanya terlihat sudah dibersihkan. Peter memandangku nyalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGACY [Fan Fiction] ✔
Fiksi Penggemar[Setting waktu setelah Avengers Endgame] [Fanfict MCU] "Kau bisa istirahat sekarang." Itulah kalimat terakhirku untuknya. Untuk pahlawan terbaik. Untuk sang penyelamat jagad raya. Untuk ayah terbaik bagi anak-anak kami. Dia pergi dengan tenang, aku...