23 - [SIDAK]

132 18 2
                                    

23 – [SIDAK]

JANJI tetap harus ditepati. Setelah sarapan, pagi-pagi sekali ia dan Tony sudah berpisah. Lelaki itu melaksanakan ucapannya semalam tentang mengunjungi Sam dan Sharon, sementara Pepper langsung sidak ke markas Justin Hammer di Queens.

Jetstream dan replusor sengaja disetelnya ke kecepatan yang lambat. Pepper menikmati terbang pagi nan lamban pertamanya di langit Brooklyn, kemudian Queens. Dalam rescue, Friday memindai suasana kota untuknya.

Ramai, tapi damai. Ia menyukainya. Lalu lintas berjalan santai di pagi hari, para pekerja masih banyak yang sibuk mengedai; membeli kopi dan roti, terkadang bacon. Anak-anak mayoritas masih setengah sadar di kamar mereka masing-masing. Para lajang ada yang menyempatkan diri berlari pagi.

Ya, pemandangan kota seperti inilah yang sejak dulu menjadi favoritnya. Kota Bridgeport, Connecticut, kampung halamannya, memiliki kesibukan pagi yang setipe. Rumah lamanya dengan Tony di East Coast pun sama, memiliki keramaian yang ideal menurut Pepper, tidak seperti Malibu dan California.

Tapi---ya sudahlah. Bukan maksud membanding-bandingkan. Hanya saja momen yang sudah ia lewati sepanjang kurang lebih satu bulan belakangan ini---dari pertarungan di Compound, kematian Tony, masa-masa melupakan dan berusaha menjadi orang tua tunggal yang baik; hingga kemunculan Tony, pengumuman 'kembalinya Tony Stark dari kematian', ulang tahunnya, pindahan rumah yang mendadak, dan kematian Steve, mendukungnya untuk sekadar mengingat bahwa hidup telah memberinya cukup banyak hal dari yang pernah ia harapkan.

Jelas, Pepper merasa perlu saat-saat introspeksi pagi seperti ini---apalagi sekarang, di umurnya yang sudah nyaris setengah abad. Terbang pagi yang lamban adalah media terbaik untuk mengingat semuanya lagi.

Setelah setengah jam menikmati kegiatan paginya itu akhirnya ia tiba di depan markas Justin Hammer. Gedung Hammer Tech masih sama, seperti sebelum Hammer ditahan. Entahlah dengan dalamnya.

Pepper menyusutkan armor rescuenya dan menyimpan arc reaktor itu ke dalam tas hitamnya. Kemudian, ia masuk, dan langsung disambut oleh resepsionis yang seketika duduk tegap melihat kedatangannya.

"Selamat pagi, Mrs. Stark." sapanya setelah berdiri. Senyuman terulas di bibir resepsionis laki-laki itu.

Pepper melirik tanda pengenalnya, lantas dengan cepat menjawab, "Pagi, Mr. Edinson. Apa Mr. Hammer ada di dalam? Aku ingin menemuinya untuk memantau langsung perkembangan proyek bersama Stark Industries dengan Hammer Tech."

Tak seperti kesigapannya tadi, resepsionis yang bernama Gideon Edinson itu tergagap. Oleh mata Pepper tertangkap, tangan lelaki itu menggeser dan kemudian melirik sesuatu di atas mejanya. "Eh- Mr. Hammer-"

Bagus. Jangan bilang dia tidak ada di kantor? Dugaan itu sudah membuat Pepper mendengus dan melenggang pergi. Bukan, ia bukan pergi dari gedung itu. Justru, Pepper melangkah masuk ke dalamnya. Si resepsionis tak berkutik. Setelah Pepper menjauh, barulah ia menelepon orang yang dicari CEO Stark Industries itu.

"Halo, Jack! Di mana Mr. Hammer? Mrs. Stark ada di sini!"

Tanpa resepsionis itu sadari satu alat deskripsi program berukuran seperti baut sudah ditempelkan di komputer kantor yang ada di meja resepsionis.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LEGACY [Fan Fiction] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang