36 - [MARKAS NEW AVENGERS]
Markas New Avengers.
Setelah panggilan itu usai, Pepper termenung. Ruang di depannya yang tadi berisi Harley, Morgan, Peter, dan Happy kini memperlihatkan Strange yang sedang membukakan Drax portal untuk langsung ke Benatar. Kelihatannya, saking tidak terlihat, monster satu itu tidak terbawa ke Benatar.Pepper mendengkus ketika akhirnya portal itu kembali menutup dan Strange kembali ke ruangan utama. Wanita itu menganggukan kepalanya, sekadar menyapa mantan dokter bedah itu.
"Itu keren sekali, Dokter Strange!" Peter memuji sembari melepaskan diri dari rangkulan ibundanya. "Sayang, kau tak bisa ajari aku melakukan itu."
"Seperti yang kau tahu," Strange mengangkat bahu, acuh tak acuh, "itu kemampuan khusus yang hanya bisa kau dapat setelah berlatih di perguruan di puncak Himalaya."
"Kau ini," Wong, dari sisi lain ruangan ini, menyahut kepada Peter, "seperti akan tahan saja melihat tanganmu punya tangan-tangan. Itu geli, tahu!"
Peter tergelak riang, turut serta bersama Bruce kembali ke lab. "Mari kita lanjutkan yang tadi, Dokter Banner."
Terlepas dari suasana ruang utama yang sangat santai, ucapan itu membuahkan seringai tipis pada Bruce. Nada berucap Peter barusan terkesan serius, seperti ia tengah terlibat dalam satu proyek eksperimen besar dengan Bruce.
Profesor Hulk itu berpikir sejenak, seperti pernah mendengar nada berucap seprofesional itu di waktu yang lalu.
"Mari, Dokter, aku tak sabar ingin melihat apa yang kita bisa lakukan terhadap temuan Jarvis ini."
Teringat, Bruce seketika menoleh kepada Pepper. Ia menaikan kacamatanya seolah berkata, dia mengingatkanku pada Tony.
Yang dituju hanya tersenyum dan mengalihkan fokus pada taman yang membentang di belakang markas ini. Dari kaca jendela besar di ruang utama, taman itu terlihat indah dan hijau. Bunga-bungaan merah, hitam, dan putih di tengah tamannya ditata sedemikian rupa sehingga membentuk logo Black Widow.
Akankah mereka membuat taman bunga bertema Iron Man kalau jasad Tony tidak bisa dimakamkan seperti Nat?
Pepper sukses menghela napas. Kembali mengingat semua itu, ia tak bisa mencegah dirinya sendiri untuk memutar kilas balik saat-saat terakhir TONY di pesawat itu.
"I-ini rencana Z ... Pepper ... sungguh. Aku ... sudah menghitung s-semuanya. Biarkan dia mengambilnya. Hentikan per...lawananmu."
"Tapi-TONY---"
"Tenang saja, aku akan tetap ada dalam bentuk Friday. Morgan pasti akan mengerti."
Sepasang netra menua itu kembali terpejam. Kali ini, bulir bening turut jatuh bersama helaan napasnya. Pepper mencoba tenang dengan mengeluarkan kedukaannya perlahan-lahan.
Kedukaan, ya ... karena secara ajaib, takdir membuatnya kehilangan dua Tony sekaligus dalam dua bulan ini.
"Ternyata kau bersedih juga kehilangan penipu itu, Pep."
Pepper lekas menyeka air matanya dan berbalik. "Clint? Wanda?"
Ah ....
Ruang utama markas ini yang tadinya ramai ternyata sekarang sudah lengang, menyisakan dirinya dan dua tamu baru. Terlihat, Nick Fury baru keluar dari ruangan ini. Pintu besi ruangan tertutup.
Cukup lamakah ia melamun? Pepper tidak mau menghiraukannya. Urusan dua tamunya lebih penting untuk diketahui.
"Kalian sudah mengetahuinya sejak lama, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGACY [Fan Fiction] ✔
Fanfiction[Setting waktu setelah Avengers Endgame] [Fanfict MCU] "Kau bisa istirahat sekarang." Itulah kalimat terakhirku untuknya. Untuk pahlawan terbaik. Untuk sang penyelamat jagad raya. Untuk ayah terbaik bagi anak-anak kami. Dia pergi dengan tenang, aku...