25 – [BAJU KEJUJURAN PART – 2]
//Biar nggak kagok, dari sini aku pake TONY lagi ya untuk narasinya. Dalam dialog, tetap Tony. Tapi intinya sama, dia tetap TONY A.I.
KARENA penerimaan Pepper terhadap kejujuran itu, rencananya berubah total. Setelah berdiskusi dalam dua jam berikutnya, melawan adalah opsi utamanya. Batu pikiran tidak akan diserahkan, alat pentranskrip pikiran harus tetap aman di tempatnya. Zemo dan penjahat-penjahat itu harus ditangkap.
Namun, sebelum melakukan semua itu, mereka harus membereskan beberapa urusan 'internal'.
Pertama, menemui Morgan.
Jam pulang. Sepasang Stark itu menjemput buah hati mereka dengan cara yang normal, yakni mobil. Pepper yang menyetir. Wanita itu memaksa ikut karena penasaran dengan kejutan yang akan Morgan berikan untuk ayah 'robot'nya.
Sang ayah 'robot' begitu luwes merentangkan tangan, menyambut little miss dari dalam kelas ketika bel pulang berbunyi. Hop, Morgan naik ke pangkuan ayahnya. "Daddy tepat waktu."
"Tentu saja," TONY mengecup sisi kepala anak itu. "Sekarang, mana kejutan yang kau ceritakan, Missus?"
Kekehan pelan Morganlah yang menjadi balasannya. Ia tak menghiraukan belaian tangan prostetik TONY. Pandangannya sibuk terarah ke dalam kelas. "Sebentar, sedang dibawakan."
Tak lama kemudian, guru kelas Morgan datang membawa sebuah maket. Tepatnya, maket gedung yang terbuat dari tanah liat dengan pagar lego.
Pepper melirik Morgan, tersenyum. "Lego?"
Senyum malu-malu keluar dari gadis cilik itu. "Aku kehabisan tanah liat. Ini proyek besar, Mommy!"
"Oh, kau benar-benar seorang Stark, Sayang. Terima kasih." TONY menimpali, memandang sang anak dan maket itu bergantian, dengan bangga.
Tepat ketika sang guru kelas berdiri di hadapan mereka, ketiga orang dewasa dalam lingkaran itu saling melontarkan sorot hormat.
"Mrs. Anderson." Pepper mengangguk sekali.
"Ini proyek luar biasa buatan anak kalian." Sang guru tersenyum, menyerahkan maket gedung itu kepada Pepper. "Dia nyaris nonstop mengerjakannya setengah hari ini. Di sela jam pelajaran lain pun masih saja mencuri waktu. Bahkan, saat istirahat, Max sampai-sampai membantunya menghabiskan es krim dari Mrs. Parker, dan Rossie terus mengingatkannya makan hingga akhirnya Morgan makan dengan tangan kanan dan meneruskan maketnya dengan tangan kiri."
Mendengar keterangan itu, Pepper memandang Morgan dengan sorot 'sangat mirip dengan ayahnya', sedangkan TONY balas berkata kepada Mrs. Anderson, "Bisa kupastikan kepadamu, ini bukan hanya sekadar maket, Nyonya. Senang Morgan punya guru yang mendukungnya melakukan apapun. Terima kasih."
Guru itu tersipu. Untunglah Pepper cepat melindunginya dengan segera pamit dan masuk ke mobil. Kembali, ia di belakang kemudi. Maket itu dipangku Morgan, yang masih duduk di atas TONY.
Mereka berkendara ke rumah untuk segera menyelesaikan hal kedua: menemui penulis palsu itu.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGACY [Fan Fiction] ✔
Fanfiction[Setting waktu setelah Avengers Endgame] [Fanfict MCU] "Kau bisa istirahat sekarang." Itulah kalimat terakhirku untuknya. Untuk pahlawan terbaik. Untuk sang penyelamat jagad raya. Untuk ayah terbaik bagi anak-anak kami. Dia pergi dengan tenang, aku...