25 – [BAJU KEJUJURAN PART - 1]
Author Note's:
Mungkin ada yang kaget sama yang terjadi di chapter sebelumnya hehe. Kan Tony ini sebenernya TONY. Batu pikiran dalam dirinya yang melihat 'visi' kematian Steve. Awalnya Tony cuma melihat armor Iron Man, tapi lantas dalam visinya dia juga melihat Zemo. Makanya Tony memastikan kebenaran itu ke Sam dan Sharon (sebagai dua orang yang menetap di rumah Steve dan Peggy). Trus...mereka berdua jawabnya begitu. Sam dan Sharon ini karakternya termasuk menerima takdir, nggak terlalu kritis. Jadinya ya udah, Steve udah tua. Peggy udah meninggal juga. Ngapain dipermasalahkan? Toh sebenarnya mereka udah tau pelakunya bukan Tony karena Tony nggak mungkin membunuh sahabatnya sendiri, apalagi kan sebelumnya mereka nggak ada masalah secara internal. Jadi, nggak ada tuduh menuduh di sini.Singkat cerita, Steve sebenernya dibunuh sama Buckhart (beberapa saat setelah ia bebas---berarti bebasnya udah dari pas kelulusan Harley, chapter 20). Buckhart yang mendapatkan kembali perlengkapan Mysterio dan anak-anak buahnya, atas suruhan Zemo langsung merencanakan pembunuhan kepada Steve menggunakan ilusi drone. Proyektor drone menampakkan Mark 86 lah yang ngebunuh Steve. Finally, kalian tau, TONY harus kasih batu pikiran dan penemuan pentranskrip pikiran itu ke Zemo kalau keluarganya mau selamat.
Sama dia dikasih nggak yaaa? Let's find out di chapter ini!
*****************
Melanie Romanova, adik Natasha Alianova Romanova, itulah yang Pepper ketahui dari orang ini. Kedatangan wanita itu ke Malibu tak lain adalah untuk riset tentang kiprah sang kakak di SHIELD, STRIKE, dan Avengers. Riset itu akan ia tulis ulang dalam buku biografi Natasha Romanoff yang akan dipublikasikan di Rusia untuk memotivasi anak-anak korban blip.
Tujuan yang sangat baik, Pepper akui, makanya ia menyambut kedatangan adik Romanoff itu dengan tangan terbuka.
Kebetulan, wanita itu datang ketika makan siang, tepat setelah May dan Happy pamit pulang. Sebelum mengantar May ke apartemennya di Malibu, Mr. Hogan mengatakan akan terlebih dahulu mengunjungi venue resepsi pernikahan mereka di Port Cruch, gereja dekat rumah lama Tony. Pepper mengiyakan saja rencana itu. Akhir-akhir ini, berhubung Friday sudah bisa menjalankan tugas kepala keamanan di Stark Industries, Happy memang lebih sering menghabiskan waktu dalam tugas-tugas domestik dan sudah jarang ke perusahaan.
Yah, masa-masa persiapan pensiun yang sempurna---mengurangi pergi ke kantor, mengantar-jemput anak sekolah, dan menikah. Tak hanya Happy yang menyukai rutinitas barunya, tetapi juga May dan Pepper. Memang sudah saatnya sahabat Tony itu beristirahat.
Omong-omong soal Tony, belum ada kabar dari laki-laki itu sama sekali. Bukannya Pepper tidak mencoba menghubunginya, tapi jawaban dari Friday, Karen, dan Edith selalu sama---'Maaf, Mrs. Stark. Mr. Stark sedang di luar jangkauan dan tidak bisa diganggu.'
Setelah makan malam, kesabaran Pepper habis untuk menunggu kabar dari lelaki itu. Ia beranjak dari kursi makan, memandang lawan bicaranya dengan keki sendiri kepada Tony.
Sambil meletakan garpu dan pisaunya, Melanie melirik Pepper dalam senyum simpul, "Ada apa? Gusar? Seharusnya aku yang gusar, Mrs. Stark."
"Ya," Pepper terkekeh, "hanya...tidak biasanya orang itu belum pulang hingga jam delapan dari acara yang dimulai sejak jam tujuh pagi."
"Mungkin ada reuni tambahan dengan Bucky dan Fury?"
Mereka sudah cukup bereuni kemarin. Meski begitu, Pepper membalasnya dengan mengangkat bahu, "Entahlah, yang jelas kau jadi menunggu lama untuk keterangan-keterangan yang harusnya bisa kau dapat sejak tadi siang."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGACY [Fan Fiction] ✔
Fanfiction[Setting waktu setelah Avengers Endgame] [Fanfict MCU] "Kau bisa istirahat sekarang." Itulah kalimat terakhirku untuknya. Untuk pahlawan terbaik. Untuk sang penyelamat jagad raya. Untuk ayah terbaik bagi anak-anak kami. Dia pergi dengan tenang, aku...