Teriakan Ziko dan Fedri rupanya cukup ampuh untuk membangunkan seluruh warga kampung. Tangannya sudah saling menjitak dengan umpatan kasar terlontar dari mulut.
"Ah!" teriak Ziko frustrasi. "Lo ke bawah, Fed. Ke bawah!"
Fedri mengangguk patuh. Tangannya sibuk menekan layar ponselnya. Mengambil jalur bawah.
Gerryl melirik ke arah dua orang itu. Matanya menatap mereka acuh. Posisi cowok itu tengah tiduran di atas meja. Satu lengannya menutup sebagian wajah. Posisi ternyaman saat ia sedang malas melakukan sesuatu.
Ponselnya berdering. Gerryl menyambar benda persegi panjang itu dengan malas. Ia melihat nama pemanggil dan senyumnya langsung terbit.
My Lovely Dhea's calling...
Tanpa menunggu, cowok itu langsung mengangkatnya. "Halo, Honey!"
"Halo, Babe. Lo di mana?"
Matanya menatap sekitar, lalu menjawab, "di kelas, Honey. Ada apa?"
Gumaman kecil terdengar dari seberang sana.
"Lo mau ke sini, atau gue yang ke sana, huh?"
Dhea tak langsung menjawab. Gerryl yakin jika gadis cantik yang sedang ia dekati itu tengah merona dan speechless.
Cowok itu bangkit dan berjalan ke luar kelas. Matanya menemukan Levin yang sedang duduk di kursi panjang. Ia pun menghampirinya dan duduk di samping cowok itu.
"Ger!"
Gerryl menoleh, alisnya terangkat sebelah.
Levin masih menatap buku tebal berisi rumus Matematika. Sedetik kemudian, ia menutup buku itu.
Gerryl mengangkat tangannya, mengisyaratkan untuk tetap diam. Cowok itu menatap layar ponsel yang masih menampilkan foto profil whatsapp milik Dhea.
"Honey, kok lo diem?"
"Eh, iya. Gue—"
"Honey, gue tutup dulu ya telponnya. Nanti sambung lagi, ok. Bye-bye, Cantik."
Gerryl memutuskan telepon dengan sepihak. Cowok itu menyimpan ponselnya di saku depan.
Levin menaruh buku kumpulan rumusnya di samping. Cowok itu menyalakan ponsel, dan memberikannya pada Gerryl.
Gerryl menerima. Ia mengamati baik-baik sesuatu yang ada di sana. Alisnya beberapa kali berkedut.
"Tanggal 19?"
Levin mengangguk. Cowok itu mengambil kembali ponselnya dan menyimpannya di atas buku miliknya.
"Sekarang tanggal berapa?"
Tak langsung menjawab, Levin hanya membiarkan pertanyaan tadi menggantung. Cowok itu malah sibuk menggumam sesuatu yang Gerryl yakini adalah salah satu rumus berbelit Matematika.
Merasa diabaikan, cowok itu memilih mencari tahu sendiri lewat ponselnya. Ia menghidupkan ponsel, dan matanya langsung mengedip saat mengetahui tanggal yang tertera di sana.
"Hari ini?" Gerryl menatap Levin tak percaya. "Masa guru kesayangan gue udah nikah aja, sih? Nanti siapa lagi yang bakal gue godain."
Levin melirik malas. Ia menggedikkan bahu tak peduli.
"Cewek lo, lah."
Gerryl diam. Ia berimajinasi dengan pikirannya sendiri. Membayangkan sesuatu yang sangat aneh dan tak patut untuk dipikirkan. "Cewek gue, ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana [COMPLETED]
Teen Fiction[LENGKAP] Dia Gerryl Evans, cowok dengan sejuta pesona yang mampu menarik siapa saja untuk mendekat. Si pemilik iris coklat tua tajam itu selalu berhasil menjungkir balikkan dunia para gadis yang mencoba masuk dalam hidupnya, termasuk Disa, gadis se...