*39-END*

5.1K 124 16
                                    

Assalamualaikum...

Huh, tarik napas dulu, lalu buang perlahan. Oke, bagus. Ulangi beberapa kali lagi :3

Jujur, Intan speechless bangeeet ya ampun. Nggak nyangka ternyata Intan bisa sampai di tahap ini, tahap panjang yang tentunya nggak bakal bisa Intan capai tanpa dorongan dan semangat yang udah kalian kasih, huhu makasih banyak :'))

Intan mau ucapin banyak makasih buat semua temen yang udah terlibat. Buat semua pembaca yang setia nunggu chapter demi chapter cerita ini di-up, masyaallah... Terima kasih banyak. Kalian terbaik, love you all❤❤❤

Happy reading ^^

***

Malam ini merupakan malam yang paling membosankan baginya. Hanya duduk termenung di kamar dengan tangan menggenggam ponsel. Matanya berkali-kali melirik empat angka yang berada di pojok atas kiri benda persegi panjang itu.

20:11.

Rasanya, waktu berjalan begitu lambat. Belum lagi memikirkan bagaimana dirinya menghabiskan akhir pekan dengan segudang masalah yang sedang menimpanya. Disa hanya bisa tersenyum hambar.

"Apa gue tidur aja, ya? Besok mah gimana nanti. Mau gue bangun jam tiga subuh juga, gak papa."

Dengan perlahan, gadis itu merebahkan tubuhnya di kasur. Ponselnya ia simpan hati-hati di nakas. Tangannya meraih gelas yang selalu tersedia di sana. Gadis itu sedikit melongok saat dirasa gelasnya terlihat kosong dan ringan.

"Ya Allah, kok bisa lupa ambil minum? Segininya ya gue mikirin masalah sampe jadi pelupa dadakan."

Disa bangkit dan berjalan keluar kamar. Dahinya mengernyit saat dirasa rumahnya terlihat kosong. Namun yang membingungkan, televisinya menyala, membuatnya menolehkan kepala ke sana kemari.

"Kak!"

Gadis itu tiba-tiba memegang tengkuknya. Kakaknya tak menjawab panggilannya.

"Kakak, Kakak di mana?"

Hening.

Hanya suara televisi yang menampilkan salah satu sinetron di stasiun televisi swasta Indonesia. Bulu kuduknya berdiri saat angin berembus kencang menerpa lengannya. Disa memeluk tubuhnya erat.

"Kak, jangan bercanda. Kakak di mana?"

Gadis itu lari terbirit-birit menuju dapur. Mengambil air minum dan langsung berjalan cepat menuju kamarnya.

Bruk!

"Kya!"

Disa membelalak saat seseorang menabrak tubuhnya dari belakang dan langsung membekapnya. Gadis itu meronta sambil menggerakan tangannya sekuat tenaga, berusaha terbebas dari cekalan kuat orang itu.

Dengan gerakan cepat, tangannya dicekal oleh orang yang berbeda, tak lama, pergerakan gadis itu menjadi terbatas. Seseorang tadi mengikat tangannya dengan tali yang cukup besar. Mereka berdua. Menggunakan penutup wajah agar dapat menyamarkan identitas.

"Aaaa-"

Gadis itu berteriak tertahan. Orang yang membekapnya terlihat mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku dan langsung menutup penglihatannya. Disa ingin menangis.

Jantungnya berdetak cepat saat merasakan kakinya tak lagi berpijak di lantai. Tubuhnya seakan melayang saat empat tangan tiba-tiba menggotongnya ke suatu tempat. Perasaannya waswas. Hatinya cemas. Napasnya memburu tak tenang. Pikirannya langsung kosong tak terkendali.

Gerhana [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang