Pagi yang cerah dengan udara yang sejuk memang sangat menyegarkan. Selain karena polusi udara yang masih jarang, juga karena pepohonan rindang yang tumbuh di pinggir jalan.
Disa berjalan memasuki rumahnya sambil membawa ember berisi air. Gadis itu baru saja selesai menyiram tanaman hias yang terpajang rapi di halaman rumah.
Terdiam sebentar, gadis itu ingat, jika dirinya memiliki janji dengan teman kelasnya. Dengan segera, Disa mengambil handuk dan memasuki toilet.
Hanya lima belas menit saja, gadis itu sudah keluar dari dalam bilik toilet. Sambil berlari kecil, ia membuka pintu kamarnya.
"Lah, HP gue kok nyala."
Disa mengernyit saat melihat ponselnya yang berada di atas nakas berwarna terang. Sesegera mungkin, dirinya mengambil ponsel itu.
"Kak Gerryl?"
Perlahan, gadis itu membuka pesan singkat yang Gerryl kirimkan melalui Short Massage Service. Dahinya mengerut saat membaca isi pesannya.
Kak Gerryl
Halo, Sweetheart. Ini kan udah jam setengah sembilan, semalem gue mikir, tempat main kita jauh, jadi gue putusin buat jemput lo setengah jam lagi. By the way, lo aktif dong whatsapp-nya, gue sampe beli pulsa buat SMS lo. Telepon gue juga nggak diangkat, sok sibuk banget, sih. Tapi gak papa deh, kalo pun lo suruh gue manjat pohon kelapa, demi lo, gue siap."Loh?"
Disa menggaruk tengkuknya bingung. Gadis itu pun memutuskan untuk mengabaikan pesan Gerryl lebih dulu sebelum memakai pakaiannya.
Dengan perasaan sedikit ragu, Disa membalas pesan cowok itu melalui via whatsapp. Gerakan jarinya kaku dan matanya terus mengerling. Memikirkan kata-kata yang tepat untuk memberikan penolakan paling sopan yang ia ketahui.
Hanandisa
Halo, Kak. Gini... kan aku tuh punya jadwal ngerjain tugas kelempok sama temen ya, jadi mungkin aku nggak bisa ikut Kakak main. Maaf banget.Melihat centang dua abu itu langsung berubah warna menjadi biru, Disa menggigit jari tangannya. Berspekulasi tentang tanggapan apa yang akan diberikan oleh cowok itu.
Tak lama, ponselnya menampilkan layar panggilan. Disa mengernyit saat tak mendengar dering yang menembus indra pendengarnya, ternyata ia lupa jika semalam ia sempat mengaktifkan mode silent. Gadis itu pun segera mengubah pengaturannya menjadi normal kembali.
"Ya, halo, Kak!"
"Gue udah di garasi. Mau keluarin mobil. Sama siapa kerja kelompoknya?"
Disa mengerucutkan bibir saat mendengar nada tak ramah dari suara Gerryl. Gadis itu mengembuskan napas dalam.
"Sama Ilham, Ridho, Epul, Dule, Cu—"
"Gak usah kerja kelompok! Mereka cowok semua. Gue nggak mau lo sampe naksir sama mereka. Sekarang, lo tunggu di rumah. Perjalanannya jauh, butuh waktu sekitar empat sampe lima jam. Awas kalo lo maksa kabur, Sweetheart."
Telepon terputus begitu saja. Disa hanya terdiam di tempat. Rohnya seakan terbang bebas di atas sana. Gadis itu menghela napas dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
"Padahal ada Cuneng sama Zia juga."
Sambil menunggu, Disa mengetikkan sesuatu di layar ponselnya. Gadis itu beberapa kali menghela napasnya kasar.
Hanandisa
Ham, gimana ya, gue mungkin nggak bisa ikut kelompokkan. Soalnya, udah ada janji sama Kak Gerryl. Lo tau sendiri kan, gimana dia orangnya. Sori banget, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana [COMPLETED]
Ficção Adolescente[LENGKAP] Dia Gerryl Evans, cowok dengan sejuta pesona yang mampu menarik siapa saja untuk mendekat. Si pemilik iris coklat tua tajam itu selalu berhasil menjungkir balikkan dunia para gadis yang mencoba masuk dalam hidupnya, termasuk Disa, gadis se...