*12*

2.1K 97 0
                                    

"Alhamdulillah. Selamat ya, Bu. Semoga sakinah, mawadah, warahmah." Disa menyalimi Bu Anna dengan senyum yang mengembang.

Bu Anna tersenyum bahagia. Wajahnya berseri-seri. Ia memeluk Disa hangat. Menepuk-nepuk punggungnya perhatian. "Makasih ya, Hana. Ibu seneng banget kamu bisa hadir."

Disa mengangguk sambil terkekeh kecil. Ia melepas pelukan itu, dan berganti menyalimi sang mempelai pria.

"Selamat ya, Pak. Semoga langgeng dunia akhirat. "

Bahu gadis itu ditepuk tiga kali. "Makasih, ya. Aamiin."

Disa menunjukkan deretan giginya. Ia menatap keduanya bergantian. Senyumnya masih mengiringi setiap pergerakkan yang dilakukan.

"Kalian berdua cocok. Ibu cantik banget, Bapaknya juga keren." gadis itu mendekat dan sedikit berjinjit untuk mencapai telinga Bu Anna. "Semoga cepet dikaruniai momongan, Bu. Aamiin."

Bu Anna tersenyum malu. "Aamiin."

Disa pun turun dari atas pelaminan. Gadis itu mencari ketiga sahabatnya. Matanya menjelajah ke seluruh ruangan resepsi yang sangat luas dan megah ini.

Pandangannya menemukan Cuneng dan Nana sedang memilih-milih minuman di meja saji. Ia pun segera menghampiri keduanya.

"Neng, Na!"

Dua gadis itu menoleh, tersenyum ke arahnya.

"Abis dari mana aja lo? Kok gue baru liat." Cuneng mengambil sebuah gelas berisi sirup stroberi.

Disa tertawa. Gadis itu mengingat betapa kesal dirinya terhadap Ilham yang mengemudikan motornya teramat lambat.

"Gue abis dari bengkel dulu. Ban motor si Ilham kempes, gue nyuruh dia ngebut, eh malah kena batunya."

Nana meneguk minumannya. Gadis itu menyimpan kembali gelas yang telah ia gunakan di atas meja. "Lo bareng Ilham?"

"Iya."

"Haha, kalo gue nebeng sama Otong," ungkap Nana tersenyum malu.

Disa hanya bisa kembali tertawa. Gadis itu mengedarkan pandangan, menyapu ruangan kembali. Matanya masih tak bisa menemukan ketiga sahabatnya.

"Kalian liat Icha, Nanda sama Nita, nggak?"

Mereka kompak mengangguk. Tangannya mengarah ke sebelah selatan. "Tadi gue liat mereka ada di deket toilet. Coba aja ke sana," kata Cuneng.

Disa mengangguk, kemudian menepuk pundak dua gadis itu. Ia pun pamit dan berjalan ke arah yang ditujukan.

Matanya kembali sibuk bekerja, menengok ke setiap dinding berharap tulisan papan toilet bisa segera terlihat. Namun nyatanya hal itu masih belum membuahkan hasil.

Langkahnya terus mengayun. Ia melihat beberapa teman kelasnya tengah sibuk bercengkrama ria dengan yang lain. Disa semakin ingin segera menemui ketiga sahabatnya itu.

Tiba-tiba, langkahnya terhenti. Matanya tak sengaja menemukan sesosok bermata coklat tua itu tengah berjalan berlawanan arah dengannya.

Perasaannya mulai beraksi. Sempat terlintas beberapa pikiran konyol untuk berbalik dan memutar arah, namun tubuhnya tak merespon niatnya dengan baik. Disa mendecak gelisah.

Tangannya mengepal kuat. Matanya memejam dan langkahnya yang telah terhenti membuatnya persis seperti manekin di tengah keramaian. Gadis itu benar-benar diam.

Kenapa Kak Gerryl ada di sini?

"Hai, Sweetheart Hana."

Tak terasa, ketiga cowok itu telah berada di depannya. Disa hanya bisa mempertahankan tingkah konyolnya itu, dengan harapan Gerryl dan temannya bisa segera pergi. Namun salah. Ia terjebak dalam permainannya sendiri.

Gerhana [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang