Dua remaja itu tengah berjalan menyurusi trotoar. Tangannya saling mengait dengan senyum yang terus mengembang di bibir si cowok. Berbanding terbalik dengan sang gadis yang terus menundukkan kepala.
"Jangan nunduk, Sweetheart! Cantik lo nggak keliatan."
Gerryl mengangkat dagu Disa dengan hati-hati. Mata coklat tuanya terlihat terang oleh pantulan sinar matahari.
Gadis itu tersenyum canggung. Matanya memperhatikan wajah Gerryl yang terpahat dengan sempurna. Dirinya merasa malu jika harus berdekatan dengan cowok itu.
Apalah gue, cuma cewek jelek yang ngaku dirinya nggak cantik.
"Di sana ada resto terkenal. Kita ke sana, yuk?" Gerryl menatap mata hitam gadis di sampingnya. Senyumnya tak pernah pudar menghiasi wajah.
Disa meragu. Ia menggeleng. Matanya melirik arloji hijau toskanya. "Kak, udah siang, aku pulang aja, ya. Nanti aku pesen ojek online atau apa gitu. Aku takut Kak Linda cemas nyariin aku."
Gerryl mengangguk patuh. Cowok itu menyodorkan tangan kanannya. Disa hanya menatap bingung.
"Apa, Kak?"
"Sini HP elo!"
"Buat apa?"
"Udah siniin aja, Sweetheart. Gak bakal gue rampok, kok. Tenang aja."
Dengan perasaan yang sedikit tak enak, gadis itu memberikan ponselnya kepada Gerryl.
Gerryl menerimanya dengan tangan terbuka. Cowok itu segera mengotak-atik ponselnya dan terlihat sedang menyalin nomor. Disa mengerutkan dahinya dalam. Apa yang sedang dilakukan cowok itu.
Setelah selesai, Gerryl mengembalikan ponselnya. Cowok itu disibukkan oleh ponsel miliknya sendiri. Tak lama, Gerryl menempelkan benda persegi panjang itu ke telinganya.
"Ya halo, Kak."
"..."
"Ini Gerryl, Kakak masih inget, nggak?"
"..."
Cowok itu melirik Disa sambil tersenyum. "Gerryl lagi sama Hana, Kak. Tenang aja, dia aman sama Gerryl. Gerryl pinjem adek Kakak dulu, ya. Mungkin sampe sore. Boleh kan, Kak?"
"..."
Disa mengernyit. Gerryl sedang menelepon Linda kah?
"Iya, makasih, Kak. Nanti Hana bakal Gerryl anterin pulang, kok. Sampai jumpa, Kak."
Maskipun sudah bisa menebak dengan siapa cowok itu berbicara, namun Disa masih menyempatkan untuk bertanya. "Siapa, Kak?"
"Gue udah izin sama kakak lo, jadi dia nggak bakal nyariin lo atau cemas lagi. Now, you're still can to spend the time with me."
Gerryl merangkul bahu Disa dengan santai. Gadis itu sedikit berjengit dengan gerakan tiba-tiba cowok itu.
Mereka masih berjalan di pinggiran. Gerryl yang memiliki suara sangat merdu memang tepat untuk mengisi kekosongan di antara keduanya. Cowok itu bernyanyi pelan, namun masih dapat terdengar oleh Disa.
"Gimana tawaran gue tadi?"
Gadis itu menoleh. Tatapannya memancarkan kebingungan. "Yang mana, Kak?"
Gerryl semakin mengeratkan rangkulannya pada Disa. "Kita ke restoran deket sini."
Gadis itu menggeleng cepat. Matanya menyorot tidak setuju. "Aku nggak lapar, Kak."
Gerryl menghentikan langkahnya. Matanya menyorot bingung ke arah Disa, yang membuat gadis itu semakin bertambah bingung.
"Kenapa sih, Kak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana [COMPLETED]
Teen Fiction[LENGKAP] Dia Gerryl Evans, cowok dengan sejuta pesona yang mampu menarik siapa saja untuk mendekat. Si pemilik iris coklat tua tajam itu selalu berhasil menjungkir balikkan dunia para gadis yang mencoba masuk dalam hidupnya, termasuk Disa, gadis se...