*19*

1.8K 72 0
                                    

Siang ini, matahari bersinar sangat terik. Sinarnya mampu menembus kulit dan meninggalkan bekas kemerahan.

Dua remaja itu masih setia duduk di atas motor. Yang satu fokus berkendara dan satunya lagi sibuk menjaga jarak aman.

Disa meremas pinggiran bajunya. Gadis itu sangat takut dibonceng dengan motor seperti itu. Bagaimana pun juga, ini adalah kali pertama dirinya menaiki motor besar, apalagi milik Gerryl.

Pipinya memanas saat mengingat kejadian setelah cowok itu mengatakan hal tersebut. Gerryl menghapus air matanya dengan penuh ketulusan. Kemudian, mengajaknya berkeliling ke mana pun ia mau.

Akhirnya, berakhir lah dirinya di atas motor cowok itu.

"Sweetheart, pegangan dong. Kalo lo jatuh, gue yang sedih."

Disa tersadar dari lamunannya. Gerryl hanya terkekeh melihat wajah gadis itu dari kaca spion.

"Ap-apa, Kak?"

Cowok itu menggeleng. Tangan kirinya meraba ke belakang. Mencari tangan Disa yang masih sibuk meremas bajunya.

"Kak, stangnya pegang. Kalo jatuh kan, kita berdua yang rugi." gadis itu menjauhkan tangan Gerryl.

"Kalo jatuhnya dipeluk sama lo, gue sih siap aja, Sweetheart." Gerryl kembali mencari tangan Disa. Saat berhasil menemukan, dirinya menyimpan tangan gadis itu di pinggangnya.

"Kalo gini, gue jamin lo pasti aman. Satunya lagi peluk gue, ya. Biar kita bisa bikin mereka iri ngeliat kita yang pelukan gini, hehe."

Gadis itu terkesiap saat tangan kanannya ditarik Gerryl untuk melingkari pinggang cowok itu. Jantungnya seakan ingin lepas dari tempatnya saat melihat bahwa tangan kanan Gerryl yang tadi menarik tangannya.

"Kak, itu tangan kanan jangan dilepas. Bahaya!"

Gerryl tersenyum miring. Cowok itu mengeratkan tangan Disa di pinggangnya. "Sama lo gue pasti baik-baik aja, Sweetheart. Kalo pun gue jatuh, kan jatuhnya bareng lo. Pasti kita bakal aman."

Baru kali ini Disa merasa sangat ingin menjitak kepala Gerryl. Cowok itu sepertinya memang tercipta hanya untuk melontarkan kata-kata receh saja.

"Udah, Kak. Jangan ngomong lagi. Fokus ke jalan aja."

Gadis itu sedikit menjauhkan posisi dari Gerryl. Ia hanya merasa terlalu dekat saja dengan cowok itu.

"Sweetheart, kita udah sampai."

Gerryl memberhentikan motornya di sebuah taman penuh rumput hias. Beberapa mainan anak-anak tersedia di sana, seperti perosotan, ayunan dan lingkaran memutar. Banyak anak yang bermain di tempat itu. Disa tak bisa menghitungnya.

"Kita turun ya, atau lo mau tetep gini aja? Gue sih, malu sama anak-anak yang ada di sana." Gerryl sudah membuka helm dan menyimpannya di kepala motor. Cowok itu tertawa sambil menunjuk ke arah tengah taman.

Dengan cepat, Disa menarik tangannya dan turun dari atas motor. Ia memalingkan wajah malu.

"Ma-maaf, Kak."

Gerryl mengapit tangannya dan menuntunnya untuk berjalan ke tempat di mana anak-anak itu bermain. Jantungnya terus berlari saat sesekali Gerryl memberikan senyum tampan khas itu padanya.

Disa melihat cowok itu melambaikan tangan. Senyumnya merekah saat anak-anak tadi menyambutnya dengan penuh suka.

"Kakak!"

Beberapa anak menghampiri keduanya dengan tawa yang menghias bibir, membuat Disa ikut melengkungkan sudut bibirnya.

Gerryl memeluk mereka satu persatu. Senyumnya menampakkan kelulusan yang sangat menyejukkan. "Kakak kangen sama kalian semua."

Gerhana [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang