*1*

13.9K 274 13
                                    

Keempat gadis sedang kompak meloncat ria sambil merangkul satu sama lain. Temponya cepat, mengikuti irama musik. Sesekali mereka menyumbangkan suaranya untuk bernyanyi bersama.

Namaku Bento rumah real estate
Mobilku banyak harta berlimpah
Orang memanggilku bos eksekutif
Tokoh papan atas, atas segalanya
(Asyik!)

Wajahku ganteng banyak simpanan
Sekali lirik oke sajalah
Bisnisku menjagal, jagal apa saja
Yang penting aku senang, aku menang
Persetan orang susah karena aku
Yang penting asyik
Sekali lagi
(Asyik!)

Musik terus berlanjut, riuh pikuk pun semakin menjadi. Keempat gadis tadi sudah berhenti meloncat dan mereka kompak terdiam. Mengatur deru napas masing-masing sampai seorang dari keempatnya bersuara.

"Eh, girls! Gue mau ke belakang dulu ya. Nit, temenin gue, yuk!"

Seorang yang disapa Nit pun menoleh, lalu menggeleng. "Gue capek, Da. Tuh, ajak si Icha aja."

Nanda mengerling malas. Bosan akan penolakkan yang selalu Nita lontarkan.

"Ya udah, Cha, ayo temenin gue."

Icha pun mengangguk, lalu mengapit tangan Nanda. "Lo mau pipis, atau bedakkan, Da?"

"Gue mau kencing, lah."

Ketiganya pun tertawa. Mereka merasa geli sendiri melihat raut wajah Nanda yang langsung berubah memerah dan gelagatnya menjadi salah tingkah.

"Ketauan banget boongnya lo, haha."

Nita menepuk-nepuk pahanya sendiri dengan gemas. Ia tertawa dengan sangat keras dan lepas.

"Diem lo, ah. Nganter gue juga nggak, ngapain ngeledek!" Nanda memberengut di tempatnya.

Seorang di antara ketiganya mendorong bahu Nanda. Ia nampak menahan tawa dengan satu tangannya menutup mulut.

"Udah, udah. Sana lo, Da. Yang cantik ya, dandannya. Yang tebel juga, biar nggak cepet luntur. Kan ribet kalo harus bolak-balik toilet pas konser gini. Yang ada nanti lo ketinggalan konsernya."

Nanda semakin menekuk wajah mendengar ucapan sahabatnya itu. Icha dan Nita terus tertawa, bahkan Nita sudah memegangi perutnya. Icha hanya menggeleng kecil.

"Ah, lo mah gitu, Dis. Ayo, Cha. Disa mulai ngajak perang. " Nanda menunjukkan puppy eyes kebanggaannya. Lalu ia menarik tangan Icha menuju toilet.

Tinggal lah Disa dan Nita di sana. Keduanya kembali memfokuskan mata menuju panggung konser. Namun saat menatap ke atas, lagunya telah usai. Keduanya pun hanya bisa mengembuskan napas kecewa.

"Nit, udahan tuh. Lo mau minum dulu, nggak?"

Disa menatap Nita sambil membuka tas selempangnya. Mencari dompet yang ia simpan di dalam sana.

"Boleh, sih. Kita cari tukang es, yuk. Sambil nunggu Mommy rempong and si Icha itu balik. Haha."

Nita mengajak Disa untuk mencari tukang es terdekat dari tempat mereka berdiri.

Ternyata jaraknya cukup jauh, karena keduanya telah melewati back stage tempat artis tadi melakukan konser. Dan tentunya berada di luar area pertunjukan. Sebenarnya artis yang mengisi konser itu sendiri adalah band sekolah mereka. Kebetulan sekolah tengah mengadakan penggalangan dana untuk pembangunan laboratorium komputer. Jadi, diadakannya panggung ini di pusat kota. Tempat yang sangat pas untuk menarik minat para donatur yang ingin menyumbangkan sebagian hartanya.

"Nit, jauh banget, sih. Nanti kalo Nanda sama Icha nyariin kita gimana?"

Nita berhenti, lalu mengibaskan tangannya malas. "Udah nggak usah ribet, Dis. Kalo nyariin, palingan juga ntar ketemu. Udah, kita lanjut aja. Gue haus banget."

Gerhana [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang