*25*

1.7K 73 1
                                    

Senja memancarkan sinar indahnya. Kilau keemasaan menjadi alasan tersendiri bagi sebagian orang yang menyukai senja. Cahayanya meneduhkan, sangat sinkron dengan udara yang bertiup di waktu itu.

Disa tersenyum kecil saat turun dari motor Gerryl. Cowok itu pun membalas dengan senyum tak kalah tampan.

"Ma-makasih, Kak."

Gerryl mengacak puncak kepala Disa. Gadis itu memejamkan matanya saat dirasa pangkal hidungnya ditarik gemas oleh Gerryl.

"Minimalis, lo cocok hidup di tempat minim oksigen, Sweetheart. Hehe."

Gadis itu membulatkan matanya. Tangannya mencubit lengan Gerryl. "Dan Kakak cocok hidup di tempat terbuka, kayak hutan belantara, haha."

Gerryl tersenyum kecil. Cowok itu mencubit pipi chubby Disa. "Asalkan hidupnya berdua bareng lo, gue siap lahir batin, Sweetheart." cowok itu meneliti garis wajah Disa sambil memiringkan kepalanya. "Kenapa lo selalu bisa bikin gue nyaman, huh? Atau jangan-jangan, lo pelet gue, ya? Haha, bercanda."

Disa menatap Gerryl tajam. Gadis itu membuang napasnya kasar. "Udah sana pulang, Kak. Aku nggak nawarin Kakak buat mampir."

Cowok itu tertawa, kemudian mengangguk. Tak lama, Gerryl langsung memarkirkan motornya.

"Gue udah ada janji sama temen-temen, titip salam buat Kakak lo ya, Sweetheart, bilangin cowok ganteng abis anterin adeknya pulang."

Gerryl menaruh tangannya di bibir, lalu ditempelkannya ke pipi Disa yang membuat gadis itu terpaku di tempatnya.

"Gue nggak pernah mau nyakitin lo, Sweetheart. Gue harap dengan ini, lo nggak ngerasa gue kotori atau rusak, ya. Gue sayang sama lo."

Setelah mengucapkan kalimat selamat tinggal, cowok itu melajukan motornya meninggalkan pekarangan Disa. Gadis itu tersenyum, lalu meraba pipinya yang langsung berubah kemerahan.

Dengan senyum yang terus merekah, Disa melangkahkan kakinya menuju pintu masuk. Namun saat tangannya ingin menarik kenop pintu, dirinya sudah dikagetkan oleh wajah Linda yang sudah muncul di balik pintu.

"Kak!"

Linda hanya terkekeh kecil sambil mengapit lengan Disa untuk masuk ke dalam. Gadis itu membawanya duduk di kursi ruang tamu.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam."

"Kakak kok ada di pintu?"

Linda tersenyum jahil, gadis itu mencolek dagu Disa cepat. Tubuhnya dihadapkan seutuhnya ke arah gadis itu.

"Kamu pacaran ya, sama Dek Gerryl?"

Disa tersentak kaget, gadis itu menggeleng cepat dan memundurkan tubuhnya. "Nggak kok, Kak."

Linda tertawa kecil. Gadis itu menepuk-nepuk paha adiknya. Matanya menerawang jauh ke arah lain.

"Kamu tau, Mas Adi lamar Kakak, Dek. Kakak jawab apa, ya?"

Disa tersenyum sambil menggigiti bibir bawahnya. Gadis itu mengguncang bahu Linda sambil meliriknya genit.

"Cie, yang dilamar." gadis itu mengambil tangan kakaknya, kemudian menggenggamnya. "Kalo Kakak suka, Kakak cinta, Kakak sayang sama Om Adi, ya udah. Terima aja, dia ganteng lho. Pasti banyak yang naksir, hehe."

Linda menjauhkan kepala adiknya dengan tangan. Gadis itu tersenyum malu-malu dengan tangan yang lain sibuk menggaruk telinganya.

"Bisa aja kamu, Dek. Nanti Kakak bicarain bareng om sama tante dulu, ya."

Disa mendekat, gadis itu memeluk Linda perlahan. "Aku jadi kangen sama mereka, Kak. Sama Qila juga."

"Bulan depan, kita balik ke Kuningan ya, Dek. Ketemu sama mereka."

Disa mengangguk antusias. Gadis itu semakin memeluk kakaknya saat Linda membalas pelukannya.

Tung... Tang... Tung...
Tung... Tang... Tung...

Sesuatu yang berada di saku roknya berdering, menandakan satu telepon masuk. Disa segera melepas pelukan dan mengambil ponselnya. Gadis itu melihat nama pemanggil dan menemukan nama Ilham yang tertera di layarnya.

Dengan sedikit tak enak, Disa melirik Linda. Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah mendapatkan izin, dirinya berjalan menuju kamar dan menguncinya.

"Halo, Ham."

"Ya, halo."

Disa menggantung ranselnya di kastop yang berada di samping lemari pakaiannya. Gadis itu kemudian duduk di kasurnya.

"Kenapa, Ham?"

Terdengar banyak sekali orang yang berbicara di seberang sana. Disa mengernyit bingung. "Ham?"

"Halo, Dis. Gue Cuneng. Ini si Ilham disuruh ngomong, malah nggak mau. Jadi gini, besok kan lo ngajakin kerja kelompok di rumah lo, ya, nah... Karena rumah kami pada jauh, kami putusin buat kelompokkan di rumahnya Pak Ketua aja. Jadi tadi pas pulang sekolah, si Ilham datang ke rumahnya si Zia, katanya dia ngikut aja. Karena masalahanya ada di jarak, jadi kami putusin buat ngambil jalan tengahnya aja. Si Ilham kan rumahnya di tengah-tengah. Nanti kelompokkannya pagi aja ya, sekitar jam sembilan. Kami harap, lo bakal setuju, Dis."

Setelah mempertimbangkan dengan penuh pertimbangan, akhirnya gadis itu pun menyetujuinya.

Tak lama, sambungan telepon langsung terputus. Gadis itu pun merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ponselnya sengaja ia lempar ke sembarang arah. Pikirannya sangat berat. Kepalanya terasa sangat sulit untuk digerakkan.

Tring...

Dengan penuh kesabaran, Disa kembali mencari ponselnya. Gadis itu menemukan benda persegi panjang tersebut di dekat bantal.

Cepat-cepat, Disa membuka sebuah pesan singkat yang dikirim melewati jalur whatsapp itu. Matanya membelakak saat membaca pesan tersebut.

Kak Gerryl
Hai, Sweetheart Hanan Kebo. Lagi ngapain? Gue kangen nih sama lo. Besok kita main, yuk? Gue bakal jemput lo jam setengah sepuluh pagi. Nggak boleh nolak. Nggak nerima alasan apa pun. Pokoknya, gue bakal jemput lo. Titik.

***

Gerhana [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang