Matahari bersinar redup. Cahayanya memancar dengan sedikit mendung. Angin berembus kencang menerpa wajahnya. Menerbangkan debu-debu kotor lingkungan.
Disa memicing saat melihat ketiga sahabatnya sedang berbicara dengan seseorang di depan kelas. Buru-buru, gadis itu berjalan cepat di koridor. Berniat untuk menghampiri.
Ya, hari ini Disa memutuskan untuk kembali ke aktivitasnya semula. Belajar di sekolah dan bertemu kawan seperjuangannya. Gadis itu merindukan susana kelasnya. Suasana hangat yang selalu kental dengan kata solidaritas.
Tepat saat tubuhnya berada di koridor kelas XI IPA 5, orang itu langsung melenggang pergi, meninggalkan tiga sahabatnya. Saat setelah itu, Disa merasa ketiganya menatap dirinya dan langsung memasuki kelas tanpa menyapa terlebih dulu.
Tumben banget nggak nyapa gue.
Enggan berspekulasi tinggi, gadis itu memutuskan untuk segera berlari menuju kelas. Menyapa hangat teman-temannya dan duduk di kursi kesayangan. Disa menaruh tas ranselnya di meja, kemudian mengeluarkan setengah isi tas tersebut. Disimpannya lima buku pelajaran hari ini di laci meja.
Gadis itu sedikit banyak melihat perubahan pada kelas, juga pada wajah-wajah penduduknya. Kelas menjadi sedikit wangi dan cukup bersih. Jangan lupakan gaya rambut lima sekawan perusuh kelas itu.
Boni, Cepi, Irwan, Ridho dan Toni.
Kelimanya kompak mencukur rambut dengan gaya serupa. Papak menjadi pilihan mereka, membuat Disa menahan tawa.
Gadis itu melirik kursi sebelah. Hanya tas Icha saja yang ditemuinya. Disa tak menemukan sosok pemilik tas tersebut. Matanya menyapu ruangan dan melihat Icha tengah mengobrol ria dengan Nanda dan Nita.
Tumben banget Icha ikut ngobrol.
Gadis itu melangkah menuju meja keduanya. Disa mengerutkan dahi saat matanya melihat gelagat aneh dari tiga sahabatnya itu kala dirinya mendekat. Tak lama, ketiganya pergi keluar kelas. Meninggalkannya dengan puluhan kata yang tertahan di bibir.
Dengan bingung, ia akhirnya menutup mulut rapat. Langkahnya mengayun kembali menuju kursinya. Helaan napas kecil terdengar. Tangannya menangkup salah satu pipi.
"Kok mereka kayak ngindarin gue, ya?"
Tangannya yang bebas mengetuk-ngetuk meja. Tatapannya lurus dan bibirnya sedikit memanyun.
Bel masuk berbunyi. Disa segera terduduk tegak dan merapikan tasnya. Satu persatu teman kelas masuk, matanya melihat tiga sahabatnya memasuki kelas setelah sebelumnya berbincang lama di depan pintu.
Tatapannya mengikuti gelagat Icha sampai gadis itu terduduk rapi di kursi. Icha terlihat salah tingkah saat Disa memicing intens.
"Abis dari mana, Cha, kok gue ditinggal?"
Icha duduk tak nyaman, gadis itu menggaruk tengkuknya dan membuang wajah. Terlihat tak acuh pada Disa.
"Cha, lo kenapa, sih?"
Disa menepuk pundak Icha, membuat gadis itu menoleh menatapnya. "Apa?"
Ia sedikit mendecak saat melihat respon Icha yang cukup tidak biasa. Garis wajahnya menyiratkan rasa tak nyaman.
Disa tersenyum simpul. Berusaha biasa saja maskipun tanda tanya besar sudah mendekam dalam pikiran. Dengan memiringkan kepala, ia menunjuk arah pintu masuk.
"Tadi kalian bertiga ngobrol sama siapa di sana?"
Icha mengikuti arah tunjuk gadis itu dan mengerutkan dahi. "Kapan?"
Disa memejamkan mata untuk menahan emosi yang mulai menjalar ke seluruh tubuh. Gadis itu kembali tersenyum. "Waktu gue baru datang banget. Gue ngeliat kalian bertiga ngobrol sama cowok di depan pintu."
Icha menganggukan kepalanya. Gadis itu mengerling, tampak berpikir keras. Kedua alisnya bertaut. Disa tersenyum penuh kemenangan.
"Bukan siapa-siapa, kok. Itu Pak Hilman udah masuk, tengok depan!"
Gadis itu mendesah kecewa dengan jawaban Icha. Perlahan, tubuhnya dihadapkan ke arah depan. Bersiap untuk memulai pelajaran.
***
Duduk termenung sendirian memang sangat membosankan. Ia merasa sekarang dirinya dijauhi oleh ketiga sahabatnya. Gadis itu ditinggal pergi tanpa diajak terlebih dulu menuju kantin.
Teman-teman yang lainnya pun sama, seolah bersekongkol untuk menjauh darinya. Dan di sini lah dirinya berada, di taman belakang sekolah. Meneduh di bawah pohon mangga yang berdaun lebat.
Memikirkan alasan mereka menjauh, tiba-tiba sekelebat pikiran melintas dalam otaknya.
"Apa mungkin, ya, mereka ngejauh karena sikap gue kemarin kasar sama Kak Linda, terus mereka nggak mau temenan lagi sama gue?"
Otaknya terus berputar. Mencari alasan paling rasional untuk diterima akal pikirannya. Gadis itu menyandarkan seragam pramukanya pada batang pohon. Menarik napas sedalam-dalamnya.
Disa mengusap wajahnya kasar, bibirnya mengatup rapat. Tatapan matanya pasrah. Gadis itu meniup poni panjangnya. "Okta, Cuneng, Yanti, Aul, Sari, sama yang lainnya juga nggak ada yang welcome sama gue."
Perihal masalah penyambutan dengan baik, ia langsung teringat dengan Gerryl. Cowok itu, cowok yang sukses membuatnya patah hati. Cowok yang dengan mudahnya tinggal setelah menanggalkannya. Berkata seolah semuanya baik-baik saja, padahal dirinya membawa hati lain ke dalam hidupnya. Mengubah angan terbesarnya menjadi kehampaan yang sunyi.
Namun, dirinya merindukan cowok itu. Sejatuh-jatuhnya ia, tak pernah sedikit pun memiliki niatan untuk membenci Gerryl. Rindunya semakin membuncah saat bahkan tak ada seorang pun yang rela mengulurkan tangan padanya untuk bangkit dari semua masalah yang dihadapi.
Rindu yang dirasakannya terlalu menyakitkan. Bahkan dirinya merindukan seseorang yang sudah jelas-jelas memiliki hati yang lain dalam hidupnya.
Apa kabar, Kak? Aku makin rindu sama Kakak. Semoga selalu bahagia, sama dia.
Disa bangkit dari duduknya. Gadis itu berjalan menuju kelas setelah membersihkan roknya yang sedikit kotor oleh tanah.
"Gue bakal ikhlasin semuanya buat bisa bikin Kak Linda bahagia. Masalah hati, nanti juga bakal ketemu jodohnya. Gue cuma harus banyak berdoa dan berusaha."
Because God knows better than you thought.
***
Assalamualaikum.. Hai!
Ada yang masih nunggu? Hihi, maaf lama up, Intan lagi siap-siap buat PTS. Dan lagi, Intan mau minta maaf, kalo feelnya kurang dapet ya, hehe.
Karena udah harus belajar, mungkin itu aja sih. Nggak mau panjang lagi, Intan mau tanya, ending enaknya kapan diup nih? Hehe😂
Doakan semoga semuanya lancar ya, aamiin.
Follow instagram: @intansaadah30
Salam, intansaadah123
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana [COMPLETED]
Teen Fiction[LENGKAP] Dia Gerryl Evans, cowok dengan sejuta pesona yang mampu menarik siapa saja untuk mendekat. Si pemilik iris coklat tua tajam itu selalu berhasil menjungkir balikkan dunia para gadis yang mencoba masuk dalam hidupnya, termasuk Disa, gadis se...