*17*

1.7K 80 0
                                    

"Um...  I-ya, Kak. A-aku baik-baik aja."

Disa ingin meloncat ke dasar kolam saat ini juga. Wajahnya sudah sangat merah. Malu, sungguh malu luar biasa.

"Maaf, Kak. Aku nggak bermak—"

"Gak papa, Sweetheart. Lo kalo lagi emosi serem juga, ya. Gue sampe takut sama lo, hehe."

Tanpa sadar, Disa melengkungkan sudut bibirnya. Gadis itu menggeleng, menutupi wajahnya dengan tangan.

"Sweetheart, lo lagi ada di rumah?"

"Iya, Kak. Kenapa?"

"Gue lagi bosen, nih. Ke rumah gue, yuk?"

Disa mengernyit bingung. "Mau ngapain, Kak?"

Terdengar suara kekehan kecil Gerryl. Cowok itu tampak sangat senang mengerjai dirinya.

Tring...

Suara ringtone SMS berbunyi. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal. Disa pun segera membacanya.

+62 813-4165-XXXX
Mbak, saya kurir yang tadi. Mau bilang maaf, saya salah orang. Nama penerimanya Mbak Disandrina Stephanie. Maaf banget, ya. Nomor Mbak digit akhirnya hampir sama, sama nomor Mbak Disandrina, dan sayangnya saya salah pencet angka. Maaf banget ya, Mbak.

Seketika itu, Disa tertawa keras. Perutnya terasa bergelitik saat membaca pesan singkat itu.

"Sweetheart Hana, kok ketawa?"

"Barusan ada nomor nggak dikenal masuk. Dia kurir yang aku kira Kakak tadi dan dia bilang maaf. Katanya salah orang."

Tak terdengar reaksi apa pun dari Gerryl. Disa masih sibuk tertawa keras. Ia sangat ingat, betapa keras kepalanya kurir itu untuk mengirim paket padanya.

"Hahaha."

Tawa itu seperti ejaan. Disa langsung menghentikan tawanya saat mendengar tawa yang dibuat-buat oleh Gerryl. Tak lama, gadis itu kembali tertawa keras. Sangat keras, hingga mungkin saja bisa merusak indra pendengar lawan bicaranya di seberang sana.

"Aw, Sweetheart. Telinga gue sakit." Gerryl meringis di seberang sana.

Wajah gadis itu berubah pucat. Tawanya berhenti dengan perlahan. Nada suara Gerryl sedikit berbeda dengan sebelumnya, membuat Disa takut.

"Kak, Kakak gak papa, kan? Aku minta maaf."

"Telinga gue denyut-denyut gitu. Lo harus tanggung jawab obatin gue, Sweetheart!"

Gadis itu waswas bukan main. Badannya tidak bisa diam dan tangannya meremas apa saja yang bisa ia remas. Perasaannya mulai tak enak kembali. Matanya mengerling, menangkap sepiring nasi goreng yang masih tersisa banyak. Gadis itu jadi kehilangan nafsu makannya.

Ah, gue harus ngapain?!

"Um, coba Kakak tiup-tiup pake tangan."

"Gimana caranya, Sweetheart?"

Disa frustrasi mendengar suara sendu Gerryl. Gadis itu bangkit dan berjalan tak tentu arah.

"Ah, gimana jelasinnya, Ya Allah. Aku bingung. Maafin aku, Kak. Aku nggak ada niatan buat bikin Kakak kesakitan gitu."

"Pokoknya lo harus tanggung jawab, Sweetheart. Gue nggak mau tau!"

Disa mengatur napasnya yang semakin menderu. Mendengar kata tanggung jawab membuatnya semakin frustrasi. Dirinya tak punya uang untuk membawa Gerryl ke rumah sakit.

Gerhana [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang