*21*

1.8K 78 0
                                    

Halo, assalamualaikum.

Maaf ini Intan bikin head note, Intan mau minta maaf setelah dua hari kemarin nggak bisa up. Tugasku numpuk dan ya, baru bisa sedikit free sekarang. Ke depannya, InsyaAllah bakal up tiap hari lagi. Doakan, hihi.

Udah ah, nanti lagi cakap-cakapnya. Selamat membaca^^

***

Setelah seharian kemarin dirinya menghabiskan waktu di atas kasur, akhirnya Disa kembali bertemu dengan hari senin. Hari paling menyenangkan yang selalu ia tunggu kedatangangannya.

"Cha, Da, Nit, ke lapangan, yuk!"

Disa merapikan letak dasinya. Gadis itu mengambil topi dari dalam tas dan memegangnya.

"Dis, gue takut kena razia. Gue lupa pake ikat pinggang." Nita menggoyang-goyangkan bahu Disa, membuat tubuh gadis itu ikut bergoyang.

"Lo tarik aja bajunya sampe bagian ikat pinggang lo ketutup. Waktu SMP, gue pake seragam kayak gitu." Icha memegangi pinggang seragamnya.

"Emang bisa ya, Cha?"

Icha menatap Nita sekali lagi sebelum gadis itu membantunya mengeluarkan setengah baju.

Disa dan Nita memperhatikan tangan Icha dalam diam. Sedang, Nanda sibuk mengoles sunblock di sekitar kulit lengan dan lehernya.

"Udah, tuh."

Icha menegakkan tubuhnya kembali. Gadis itu tampak menilai hasil kerjanya. "Emang kurang rapi, sih. Tapi daripada lo kena razia, kan lo juga yang rugi, haha."

Nita menatap sebal ke arah Icha. "Ish."

Disa tertawa melihatnya. Nita sangat lucu dengan ekspresinya yang sekarang. Menekuk bibir dan tangan yang berdesekap.

"Permisi, ayo semuanya ke lapangan. Upacara akan segera dimulai."

Seseorang melongok di antara pintu dengan hanya wajah saja yang terlihat. Kulitnya putih pucat dan rambut hitamnya menjuntai.

"Astaghfirullah!"

"Ngagetin aja lo, njay!"

Gadis itu sedikit terkekeh setelah mengucapkan kata maaf. Setelahnya, ia pergi.

"Ayo langsung aja!"

Disa menatap ketiga sahabatnya yang masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Matanya menatap Nanda yang sekarang tengah mempertebal bedak.

"Eh, perut gue buncitan tau." Nita menepuk-nepuk perutnya. Gadis itu menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan.

"Tunggu, gue belum pake lip stick. Sekarang gue ngerasa kurang nyaman pake lip tint sama lip gloss, jadi pakenya ini." Nanda mengacungkan sebuah lip stick berwarna senada dengan bibirnya.

"Ya, udah. Cepet!"

Sambil menunggu, Disa menarik kursi dan duduk dengan santai. Matanya menatap ke arah luar yang langsung terhubung dengan lapangan upacara. Tampak siswa-siswi mulai berbaris rapi di jajaran kelasnya masing-masing.

"Gue udah selesai. Yuk, come on!"

Keempatnya berjalan dengan santai. Disa melirik ketiga sahabatnya bergantian. Matanya tampak mengisyaratkan sesuatu, namun tak juga disadari oleh mereka.

"Sstt!"

Gadis itu menyenggol lengan Nanda pelan, berharap gadis itu bisa menoleh padanya, namun usahanya sia-sia.

"Sstt!"

Kali ini, Disa menyenggol bahu Nita dengan harapan yang sama. Namun hasilnya tetap gagal.

Gerhana [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang