Hari semakin gelap. Matahari pun sudah tenggelam di upuk barat. Bintang mulai terlihat, bertabur indah di atas langit sana. Bulan bersinar cerah, terkadang sinarnya terhalang oleh awan yang melintas. Namun cahayanya masih dapat menembus bumi.
Gerryl membuka pintu mobil dan berjalan memutar ke arah pintu sebelahnya. Cowok itu membuka pintu dan menggenggam tangan Disa untuk keluar.
"Silakan, Tuan Putri."
Disa tersenyum malu saat kakinya sudah menapaki tanah. Gadis itu menarik tangannya cepat dari genggaman Gerryl. Ia tak ingin jantungnya semakin berlarian karena sengatan listrik itu sudah membuatnya cukup lelah.
"M-makasih, Kak."
Gerryl mengangguk dan tersenyum. Senyum genit yang sudah menjadi ciri khasnya. Disa mengutuk ketampanan Gerryl. Cowok itu terlalu tampan untuk berada di sampingnya. Disa meremas pinggiran jaket itu kuat.
Drrtt... Drrtt..
Drrtt... Drrtt..
Drrtt... Drrtt..Gerryl meraba-raba saku belakangan celananya. Cowok itu mengambil ponsel dan mengangkat panggilan tanpa melihat nama pemanggil terlebih dulu.
"Ya, halo!"
"Woy, lo di mana?"
Gerryl menatap Disa sebentar, lalu menggoyang-goyangkan ponselnya. Gadis itu mengangguk, Gerryl pun menjauh beberapa langkah.
"Ngomong gak usah pake kuah. Itu kedengeran nyipratnya, njir." Gerryl terkekeh kecil.
Ziko mendengus di seberang sana. Cowok itu menggerutu kecil dengan beberapa orang di sekitarnya, membuat Gerryl memicingkan sebelah mata sambil menjauhkan letak ponsel dari telinganya.
"Kenapa? Gue lagi ada di rumahnya Sweetheart Hana."
"Ngapain? Bullshit lo. Lo bilang mau beli bunga."
Gerryl menyengir lebar. Cowok itu menggaruk telinga luarnya. "Gue emang abis beli bunga. Tapi kayaknya gue mau batalin dinner gue sama Friska, deh."
Ziko menghela napasnya kesal. Cowok itu sepertinya sudah sangat emosi. "Ah, elah. Tau gitu, lo nggak usah suruh kami pulang duluan. Ngapain, kek! Nongkrong di kafe atau apa."
"Sekarang lo di mana? Terus, ngapain nelpon gue?"
Ziko tertawa keras, disusul oleh suara-suara yang lainnya. Gerryl mengeryit bingung.
"Gue lagi minum kopi di mini bar-nya si Fedri. Ada si Levin juga. Kami mau ngajakin lo gabung. Tapi kalo lo lagi ngelancarin jurus, lanjut aja. Gue sama yang lain bakal stay sampe agak maleman. Nanti kalo udah selesai, lo langsung ke sini aja."
"Oke, abis ini, gue langsung otw sana. Tunggu gue."
Setelah itu, Gerryl langsung memutus panggilan dan berjalan menuju tempat di mana Disa menunggunya.
Gadis itu memperhatikan dengan tangan yang bersembunyi di balik jaket miliknya. Udara malam ini memang sangat dingin. Gerryl segera mengapit lengan kecil itu dan membawanya masuk ke dalam rumah.
"Maaf harus nunggu lama, Sweetheart. Biasa, tadi Ziko nelpon gue nanyain urusan bisnis." Gerryl mengarang dalam membuat alibinya.
Disa mengangguk. Ia tersenyum manis. Membuat Gerryl gemas.
"Jangan senyum kayak gitu, Sweetheart. Gue bisa pingsan di pelukan lo." Gerryl mencubit pangkal hidung Disa, membuat gadis itu meringis sakit.
"Aw! Sak-it, Kak."
Disa mengusap-usap hidungnya yang sedikit memerah. Gadis itu membuang wajah karena pipinya pasti akan memerah. Dan ia malu jika Gerryl sampai melihat guratan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana [COMPLETED]
Ficção Adolescente[LENGKAP] Dia Gerryl Evans, cowok dengan sejuta pesona yang mampu menarik siapa saja untuk mendekat. Si pemilik iris coklat tua tajam itu selalu berhasil menjungkir balikkan dunia para gadis yang mencoba masuk dalam hidupnya, termasuk Disa, gadis se...