*33*

1.6K 85 13
                                    

Cowok itu duduk termenung di pinggiran tempat tidur. Pikirannya melayang jauh tak terkendali. Dirinya bingung, apa yang harus dilakukannya. Menyesal atas semua perbuatannya.

"Argh!"

Gerryl membanting ponselnya sembarang. Dirinya kacau. Sangat kacau. Bayangan gadis itu menangis membuat dirinya merasa sangat bersalah.

"Gue nggak tau harus gimana."

*flashback on*

Dua hari yang lalu, tepatnya sehari setelah kejadian di pantai bersama Disa.

Siang itu, langit menghamparkan biru bersihnya. Tak terlihat awan yang menghadang atau bahkan burung pun tak ada yang berani terbang.

Gerryl tersenyum ceria saat papanya mengatakan akan memberinya kejutan berharga. Cowok itu duduk dengan bersemangat di sofa ruang tamu, menunggu kejutannya datang.

Tak lama, bunyi ketukan pintu utama terdengar. Gerryl semakin melengkungkan senyumnya saat mengintip di balik gorden dan menemukan sang papa. Dengan antusias, dirinya membuka pintu.

"Pa!"

Cowok itu menyalimi papanya. Gerryl memejamkan mata saat puncak kepalanya dielus pelan oleh sang papa.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam."

"Seperti yang Papa bilang, Papa akan kasih kamu kejutan paling spesial dari semua harapan kamu."

Gerryl terkekeh. Cowok itu mengangguk dan mengerutkan dahinya. "Apa itu, Pa?"

Papanya tersenyum dan berjalan ke balik pintu. Dengan senyum bahagia, Papa membawa seseorang ke hadapannya.

Gerryl terpaku. Cowok itu diam seribu bahasa. Senyumnya sudah sirna tertelan keterkejutan yang membuatnya harus beberapa kali mengedipkan mata.

"Kak Linda?"

"Kamu, Gerryl?"

Keduanya sama-sama terkejut. Papanya hanya menatap keduanya bergantian sambil mengangkat dua alisnya.

"Kalian sudah saling kenal?" Papanya memegang bahu Gerryl dan mendapat anggukkan dari cowok itu.

"Pa, kok Kak Linda bisa ada di sini?" tanyanya hati-hati. Cowok itu sebisa mungkin tersenyum ramah, walau berbagai spekulasi buruk sudah memenuhi pikiran dan hatinya.

Papanya terkekeh ringan. Tangannya mendorong bahu Gerryl agar cowok itu berbalik dan masuk ke dalam rumah, sedangkan tangannya yang lain merengkuh pinggang Linda posesif.

"Kita masuk dulu, ya. Nggak baik ngobrol di depan pintu."

Dengan embusan napas kecil, Gerryl pun berjalan menuju sofa, diikuti oleh dua orang tadi di belakangnya. Perlahan, dirinya duduk di salah satu single soffa.

Cowok itu melirik sang papa. Papanya tersenyum dan perlahan tangannya menggenggam tangan Linda. Gerryl yakin, sesuatu yang buruk akan terjadi. Cowok itu terus berdoa dan berdoa. Berharap semua pemikiran jeleknya salah.

"Kalian sudah saling kenal, kan? Kalau begitu, Papa gak usah kenalin calon istri Papa sama kamu lagi."

Gerryl menatap tak percaya. Calon istri? Kak Linda? Kenapa?

"Jadi... Kak Linda itu—"

"Calon Mama kamu. Kamu selalu bilang sama Papa, bahwa Papa harus cepat-cepat menikah lagi. Sekarang, Papa sudah mengenalkan calon istri Papa sama kamu. Papa harap, kamu setuju dan bisa menerima Linda sebagai mama kamu kelak."

Gerhana [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang