Siang ini, semua kelompoknya sudah berkumpul di rumah Ilham, terkecuali Ridho. Cowok itu berhalangan hadir karena memiliki banyak rencana bersama keluarganya.
Semuanya dapat memaklumi, karena memang waktu bersama keluarga itu sangat terbatas dengan berbagai kesibukan siswa pelajar. Jadi, tak ada yang menjadikan hal itu sebagai beban atau bahan keirian.
Disa sedang memakan berbagai camilan yang disediakan oleh asisten rumah tangga Ilham. Sedangkan gadis lainnya sedang sibuk menggibahkan sesuatu yang sudah banyak diketahui oleh khalayak umum. Yaitu tentang ketampanan Gerryl dan teman-temannya.
Gadis itu melirik malas ke arah Ilham dan dua cowok lainnya. Mereka sedang sibuk memperhatikan layar televisi yang menampilkan sebuah permainan tarung. Dule terus bersorak ria sambil bertepuk tangan. Sedang, Epul tengah gencar memainkan stik play station miliknya.
"Neng, Kak Gerryl ganteng banget kan pake baju yang ini?"
Disa mengerutkan dahinya sambil mengerucutkan bibir. Gadis itu melihat Zia sedang menunjukkan sesuatu yang berada pada ponselnya kepada Cuneng.
"Iya, lah. Orang cowok blasteran gitu."
Zia menganggukan kepala dengan mulut yang menggumamkan huruf O. "Matanya juga ganteng banget, ya. Apalagi idungnya. MasyaAllah, gue pengen atuh punya suami yang mancung, biar nanti anak gue nggak burik-burik amat."
"Lagi ngomongin apa, sih?"
Disa sekali lagi menyuapkan keripik kentang ke sukaannya ke dalam mulut. Gadis itu perlahan mendekat, bermaksud ingin melihat pose Gerryl yang tertampil di ponsel Zia. Dengan cepat, Zia memberikan benda persegi panjang itu kepada Disa.
"Kak Gerryl. Dia idola gue banget. Pengen deh, gue dipeluk sama dia, terus foto bareng."
Gadis itu terkekeh kecil mendengar penuturan Zia. Sedang, Cuneng hanya mendorong bahu Zia kecil. Berniat canda semata.
"Tampang kayak gitu aja ngayalnya tinggi banget, dah. Kak Andin yang cantik aja kemarin abis diputusin, apalagi elo yang burik, mau ditendang lo sama dia? Haha."
Disa menepuk-nepuk bahu Zia saat melihat gadis itu menekuk wajahnya. Dirinya masih terkekeh dengan lelucon Cuneng yang menyakitkan itu.
Harusnya gue ngaca, ya? Ngapain ketawa!
"Ia, lo mau ketemu sama Kak Gerryl?"
Zia membulatkan matanya tak percaya. Gadis itu segera menatap Disa dengan kilat binarnya, kemudian mengangguk antusias. "Gue jarang banget ketemu sama dia. Kalo pun ketemu, mana mungkin dia mau nyapa gue. Secara kan, Kak Gerryl itu cowok ganteng. Mana ada sih, cowok ganteng yang tulus deketin cewek jelek?"
Disa merasa tersadar dengan pikirannya sendiri. Gadis itu kembali membatinkan sesuatu yang sudah seharusnya ia ketahui sejak dulu.
Mana ada sih, cowok ganteng yang tulus deketin cewek jelek? Emang nggak ada, ya?
Sebisa mungkin, Disa tak ingin terlarut dalam spekulasi jawaban yang akan ia gunakan. Gadis itu kembali tersenyum saat menatap Zia. Wajahnya penuh dengan pancaran seri.
"Lo yakin, Ia?"
Sekali lagi, Zia mengangguk. Gadis itu sudah seperti bocah yang akan diberi hadiah karena mendapat prestasi di sekolahnya. Sangat menggemaskan.
"Tapi, mana mungkin sih gue bisa ketemu sama dia, apalagi foto bareng."
Tak ingin mengulur waktu, Disa segera mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana. Gadis itu menaruh ponselnya dekat telinga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana [COMPLETED]
Teen Fiction[LENGKAP] Dia Gerryl Evans, cowok dengan sejuta pesona yang mampu menarik siapa saja untuk mendekat. Si pemilik iris coklat tua tajam itu selalu berhasil menjungkir balikkan dunia para gadis yang mencoba masuk dalam hidupnya, termasuk Disa, gadis se...