8. 말다툼

176 17 2
                                    

"Jika kau di takdirkan untuk terlahir kembali, maka kau ingin terlahir sebagai?"

(Ucu Irna Marhamah)

◆◇◆

Hari mulai gelap, Atherio dan Atherina duduk bersebelahan di kursi taman kota. Mereka berdua sedang memakan es krim.

"Apa ayah tidak akan marah karena kita pulang telat?" Atherina menggeleng menjawab pertanyaan Atherio, "Aku sudah bilang."

"Kapan dia pergi ke Singapura?" Mendengar pertanyaan itu, Atherina menoleh pada adiknya. "Apa kau begitu menginginkan dia pergi dari daratan Korea?" Tanya Atherina setengah menggerutu. Atherio terkekeh kecil, pandangannya teralihkan pada ujung rok Atherina, terdapat noda darah di sana.

Atherina yang merasa di perhatikan segera menutup pahanya, "What do you see?" Gerutu Atherina sambil melotot pada Atherio. "Bu-bukan itu yang kulihat, kenapa ada darah di seragam Kakak?" Tanya Atherio.

Atherina terkejut, "Ah? Benarkah?" Atherina mengeceknya, ternyata benar. Atherio tampak panik, "Kakak terluka?"

"Tidak-tidak, ini bukan darahku, kau tidak perlu cemas." Atherina mengibaskan kedua tangannya. "Kakak terjatuh?"

"Tidak, Rio. Ini urusan orang dewasa." Atherio pun diam, "Kakak juga masih kecil, kenapa ayah melibatkan Kakak dalam pekerjaannya yang berbahaya?"

Pertanyaan Atherio membuat Atherina berhenti memakan es krim. "Ini pekerjaan ayah," ucap Atherina sambil menatap Atherio dengan serius.

Atherio menghela napas panjang, "Apa suatu hari nanti aku juga harus ikut terlibat dengan pekerjaan ayah?" Atherina tampak berpiki kemudian mengangguk, "Kau akan memahaminya nanti, saat ini kau belum mengerti." Atherio menatap kesal pada kakaknya, "Kenapa begitu? Aku sudah cukup besar."

"Ah, sudah besar apanya? Mau ke kamar mandi tengah malam saja kau harus membangunkanku," gerutu Atherina sambil beranjak dari kursi.

"Jangan keras-keras, nanti ada orang yang mendengar," gerutu Atherio.

"What time is it now?" Tanya Atherio.

"It's 9 o'clock. Ya sudah, ayo pulang."

Sesampainya di rumah, Atherio dan Atherina terkejut melihat banyak koper di depan rumah. Mereka berdua saling pandang. Park keluar dari dalam rumah dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celananya.

Park J. A.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ATHERIO PARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang