33. Threat & Terror

63 11 0
                                    

".. kejadian itu mengundang berbagai reaksi masyarakat. Setelah diintrogasi polisi, putra dari Park J. A., Atherio Park diberikan fasilitas privasi untuk menjaga nama baiknya dan mengembalikan mentalnya yang sempat down karena banyak sekali pertanyaan yang diberikan padanya. Kini wartawan dilarang memasuki area kediaman Park untuk menjaga situasi agar tidak semakin buruk. Tidak ada bukti kuat dari tim kepolisian tentang keterlibatan mereka dalam dunia gangster. Tunggu kabar selanjutnya di.."

Lee Hwan mematikan televisinya. "Pembohong! Ketika aku mengintrogasi laki-laki itu, tidak ada raut syok di wajah menyebalkannya."

Pria itu membaringkan tubuhnya di sofa. Dia mengambil ponselnya dan melihat percakapan terakhir dengan Jae Hyung. Foto-foto yang dikirimkan Jae Hyung tidak jelas ketika di perbesar. Ketika dia scroll foto-foto itu, Lee Hwan terkejut dengan foto terakhir di percakapan itu. Ada foto pria yang menodongkan pistol ke kamera. Lee Hwan mengingat wajah orang itu. Dia ada ketika pemeriksaan rumah Park. Tak lain pria itu adalah Gun Seok. Tampaknya Jae Hyung tidak sengaja memotret pria itu ketika menemukannya. Tiba-tiba, semua balon percakapan menghilang dengan sendirinya. Lee Hwan mendadak merinding.

Lee Hwan membatin, sepertinya mereka telah meretas ponsel Jae Hyung dan menghapus percakapan kami.

Terdengar suara bel pintu berbunyi. Lee Hwan terperanjat kaget. Dia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 3 sore. Chris belum pulang dari sekolah di jam itu. Dia bangkit untuk membuka pintu. Tidak ada siapa pun di luar. Ada kotak paket di atas keset kaki. Lee Hwan mengambilnya dan membuka isinya kedua matanya membulat, seketika dia melempar kotak itu. Benda bulat yang dibungkus kain putih itu menggelinding keluar dari kotak. Terdapat bercak darah di kain tersebut. Lee Hwan menutup mulutnya karena merasa mual. Dia mendekat untuk membuka kain yang diduga membalut kepala manusia itu. Lee Hwan terduduk dan mundur ketika dia melihat wajah temannya, Jae Hyung. Lee Hwan menggeleng tidak percaya. Air matanya mengalir deras melihat itu.

Di rumah yang berhadapan dengan rumahnya, ada seseorang yang mengarahkan moncong senapan ke kepala Lee Hwan. Dengan tubuh lunglai lemas, Lee Hwan bangkit. Ada sesuatu yang jatuh dari kotak itu. Lee Hwan menunduk untuk mengambilnya. Tiba-tiba, terdengar tembakan yang mengenai pintu rumahnya. Lee Hwan tekejut, serta merta dia mengarahkan pandangannya ke jendela rumah tetangganya. Dia melihat penembak di sana. Si penembak mengumpat pelan, " Sial, tidak kena!"

Lee Hwan mengambil pistolnya dan segera memasuki rumah tersebut. Dia menendang pintu dan mengarahkan pistolnya ke segala arah. "Keluarlah!" Teriak Lee Hwan.

Rumah tersebut sunyi, seolah tidak ada orang di dalam. Lee Hwan mendengar suara dari lantai dua di rumah itu. Dia menaiki tangga dengan hati-hati karena tidak ingin menimbulkan suara. Satu per satu kamar diperiksanya. Dia tiba di kamar tempat si penembak membidik kepalanya tadi. Namun, tidak ada siapa pun di dalam.

Ketika Lee Hwan berbalik, pukulan keras dia terima tepat di wajahnya. Pistol yang dia bawa terlempar. Lee Hwan segera melawan penembak itu. Perkelahian pun terjadi.

Barang-barang di kamar itu berjatuhan dan pecah karena perkelahian tersebut. Lee Hwan berhasil mengalahkan orang itu. Dia membenturkan tubuh pria itu ke dinding beberapa kali.

"Katakan! Siapa yang menyuruhmu! Apakah Atherio?!" Teriak Lee Hwan di wajah pria itu. Bukannya menjawab, pria itu tertawa pelan lalu makin keras. "Kau sendirian, kau tidak bisa apa-apa."

Sekali lagi Lee Hwan membenturkan kepala pria itu ke dinding, "Jawab aku!"

Pria itu membuka jas hitamnya. Terdapat bom di tubuhnya. Lee Hwan terbelalak, "Bom bunuh diri." Lee Hwan membuka bom tersebut dari tubuh pria itu. Pria itu tertawa mengerikan.

ATHERIO PARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang