Atherio Park, pewaris utama keluarga Park, pemilik tahta gelap sang ayah, pemain utama kisah ini. Pria tampan yang berbahaya. Dia bisa melakukan apa saja hanya dengan menjentikkan jari. Wanita pun harus berpikir belasan kali untuk mendekatinya. Tuan...
"Ketika kesetiaan tidak dianggap, maka akan datang pengkhianatan." _Ucu Irna Marhamah_
◆◇◆
Lee Hwan
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Atherina melihat persediaan senjata di markas. Dia terlihat sangat serius dan teliti. Hwan menghampirinya sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku.
"Erina," sapa Hwan. Gadis itu menoleh sebentar lalu kembali ke kegiatan semula, "Ada apa?"
Hwan memperhatikan Atherina, "Malam ini ada misi, aku sangat membutuhkan pengarahan darimu."
"Kau bisa menanyakannya pada Han Jin atau Han Gun." Setelah menjawab pertanyaan Hwan, gadis itu berlalu. Hwan tidak menyerah, dia mengikuti Atherina.
"Mereka sangat sibuk," kata Hwan. Atherina memberikan dua pistol. Pria itu menerimanya. "Kau pikir aku tidak sibuk?" Tanya Atherina sambil mengambil lagi dua pistol itu dari tangan Hwan.
Aleena memasuki ruangan. Semua orang segera berbalik dan membungkuk menyambut kehadirannya. Atherina dan Hwan melalukan hal yang serupa.
Wanita itu duduk di kursi kebesarannya. Semua anggota juga duduk rapi.
Aleena membicarakan tentang misi yang akan diberikan kepada beberapa tim. Begitupun dengan tim Han Gun. Tapi, Aleena tidak menyuruh Atherina ikut dalam misi itu.
"Sebagai ganti Erina, Hwan yang akan melakukan misi dengan Han Gun."
Atherina tidak memperlihatkan ekspresi apa pun. Dia tetap diam, walaupun dalam hati dia merasa bingung. Han Gun dan Hwan berangkat untuk misi. Ibu petir menepuk bahu Atherina, "Ikut aku ke ruangan."
Di ruangan ibu petir, Atherina duduk berhadapan dengan wanita itu. Seperti biasa, ada dua gelas anggur di meja.
"Aku terkesan dengan tindakanmu. Apa pun yang kau lakukan itu membuatku terkejut. Terkadang aku marah dengan sikapmu, tapi terkadang aku juga suka dengan cara berpikirmu." Aleena bangkit sambil mengambil gelas anggur dan meminumnya.
Wanita itu berjalan ke belakang Atherina dan menyentuh bahunya, "Aku merasa menemukan orang yang istimewa. Apalagi kau sama sepertiku, seorang wanita."
Atherina tidak berniat menanggapi perkataan Aleena. Dia tetap diam dan mendengarkan.
Aleena mendekatkan wajahnya ke telinga Atherina dan berbisik lirih, "Aku akan memberikanmu posisi khusus sebagai ketua kelompok petir di sini." Atherina terkejut mendengar itu.