Atherio Park, pewaris utama keluarga Park, pemilik tahta gelap sang ayah, pemain utama kisah ini. Pria tampan yang berbahaya. Dia bisa melakukan apa saja hanya dengan menjentikkan jari. Wanita pun harus berpikir belasan kali untuk mendekatinya. Tuan...
"Kemampuan seseorang tidak terletak pada senjatanya. Tapi, terletak pada tangan orang itu sendiri."
_Gangster_
◆◇◆
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cahaya matahari pagi menerangi rumah besar milik Park. Azura terlihat begitu semangat menaiki tangga menuju kamar Atherina. Dia menarik knop pintu. Azura terbelalak kaget melihat Atherina yang sedang memakai seragamnya. Atherina juga terkejut, tapi tidak berlangsung lama.
"Ma.. maaf," ucap Azura sambil mengalihkan pandangannya kearah lain.
Atherina mengangguk, "Tidak masalah, kau boleh masuk." Azura memasuki kamar Atherina sembari menutup pintu.
"Erina, kau begitu cantik." Atherina mengerutkan keningnya karena bingung dengan ucapan Azura. Tidak biasanya dia bicara seperti itu. Atherina melihat Azura yang tengah menatap dirinya dari pantulan cermin.
"Terima kasih," ucap Atherina. Tiba-tiba Atherina merasakan pelukan hangat dari belakang. Azura memeluknya dengan lembut. Dia meletakkan dagunya di ceruk leher Atherina.
Atherina melepaskan diri dari Azura, "Azura, lepaskan aku. Aku tidak nyaman diperlakukan seperti ini." Atherina berbalik menatap Azura dengan penuh rasa heran.
"Karena kita perempuan," jawab Atherina sambil berlalu menuju pintu. Dia memutar knop, namun terkunci.
"Apa kau yakin, kalau aku adalah perempuan?" Pertanyaan Azura membuat Atherina membeku dalam hitungan detik.
Azura tersenyum sambil melangkah mendekati Atherina. Gadis itu berbalik melihat Azura yang tengah menatap dirinya sambil menyeringai. Dia menarik lengan Atherina dengan kasar, sementara Atherina berontak tanpa berniat memukul Azura.
"Aku menyukaimu, Erina."
"Dasar tidak waras!"
Atherina melayangkan pukulannya, terjadi perkelahian. Azura melepaskan hoodie-nya. Dia mengusap rambutnya yang pendek berwarna hitam kecoklatan. Atherina menggeleng tidak percaya melihat bentuk tubuh Azura yang sempurna seperti seorang laki-laki sejati. Jadi, selama ini Azura menyembunyikan tubuh dan rambutnya di balik jaket musim dingin.
"See? I'm not a girl, I'm a boy." suara Azura berubah menjadi berat dan serak. Atherina masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia mengingat semua yang telah terjadi belakangan ini.
Suara bariton itu mengejutkan Atherina, "Terima kasih telah mau menjadi temanku, tapi aku lebih senang jika kau mau menjadi milikku."
"Pembohong! Beraninya kau bicara seperti itu setelah kau membohongiku! Membohongi kelompokku!" Teriak Atherina. Azura tertawa, "Aku memang ingin menjadi perempuan, tapi itu dulu. Setelah aku bertemu denganmu, aku merasa beruntung karena aku terlahir sebagai seorang laki-laki yang bisa memilikimu."