5. Kidnapping

191 15 2
                                    

"Ketika kau sudah berjanji, pilihanmu hanya dua, menepatinya seperti seorang ksatria, atau mengingkarinya seperti seorang pengkhianat."
_Ucu Irna Marhamah_

◆◇◆

Atherio bermain sepeda di halaman depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atherio bermain sepeda di halaman depan. Seperti biasa dia akan menunggu kakaknya pulang dari sekolah dan mengajaknya bermain.

Terlihat beberapa anak kecil lewat di depan gerbang kokoh pelindung kediaman Park. Atherio memperhatikan mereka, anak-anak itu tertawa bersama karena saling melempar candaan.

Atherio selalu mengingat ucapan ayahnya, Park selalu mendidik Atherio dengan penuh keangkuhan.

***

"Keluarga Park adalah keluarga yang istimewa, kau tidak bisa berteman dengan sembarangan anak." Ucapan Park membuat beberapa anak kecil yang berdiri di belakang Atherio menunduk ketakutan.

Atherio memandang ayahnya, dia tidak percaya ayahnya akan mengatakan hal tersebut di depan teman-temannya.

Pada akhirnya, dia tidak bermain dengan anak-anak yang seumuran dengannya lagi. Dia selalu bermain sendirian sebelum Atherina datang ke rumah itu.

Pada malam hari, Park akan memaksa putranya untuk segera tidur. Atherio menurut, tapi dia tidak benar-benar tidur. Ketika ayahnya pergi dari kamar, Atherio akan bangun lagi dan bermain dengan robot-robot mainannya. Dia tidak menyadari ada alat pendengar jarak jauh di kamarnya. Park selalu memperhatikannya walau tidak pernah menunjukkannya secara langsung.

"Anak ini," gumam Park ketika mengetahui Atherio yang berpura-pura tidur dan malah bermain di malam hari.

Tak jarang Atherio bermain sampai pagi. Di jam itu Park pergi ke kantor untuk mengecek hasil kerja karyawannya di siang hari. Namun bukan berarti Atherio kehilangan pengawasan ayahnya. Park menghubungkan akses rumah dengan akses kantor. Dia bisa mengawasi Atherio kapan saja dan di mana saja.

Atherio takut pada ayahnya ketika sedang marah, dia akan menuruti perintah ayahnya, walaupun pada akhirnya dia selalu membangkang dengan cara yang menggemaskan. Tapi Park juga terkadang tidak bisa mengendalikan putranya yang suka mengamuk dan merajuk.

"Ayah.. Ayaaahh ketika masih kecil, apa cita-cita Ayah? Ayah ingin menjadi apa?" Itu pertanyaan yang pernah terlontar untuk Park. Mendengar pertanyaan itu, Park menjawab tanpa harus memikirkannya terlebih dahulu.

"Aku ingin menjadi aku yang sekarang." Atherio mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawaban sang ayah. "Ayah tidak mau bertanya hal yang sama?" Tanya Atherio menggerutu.

"Memangnya cita-citamu apa?" Park bertanya sesuai keinginan putranya. "Aku ingin menjadi Presiden dan menyuruh Ayah tetap berada di rumah untuk bermain bersamaku." Park mencerna ucapan putranya.

ATHERIO PARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang