3. Atherio Park

201 16 0
                                    

"Terkadang rasa persaudaraan itu bisa terjalin meski tanpa adanya ikatan darah."
(Ucu Irna Marhamah)

◆◇◆

Perlahan kedua mata bulat Atherio bergerak dan terbuka, menunjukkan manik abu-abunya yang lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan kedua mata bulat Atherio bergerak dan terbuka, menunjukkan manik abu-abunya yang lebar. Yang pertama dia lihat adalah wajah asing gadis kecil yang lebih tua darinya. Atherio melihat wajah itu, dia teringat pertemuan semalam. Gadis kecil itu adalah kakaknya, Nana.

Atherio mendapati dirinya tertidur di lengan Atherina. Itu terjadi semalaman. Tangan Atherina yang lebih besar darinya memeluk tubuhnya dengan erat seolah lepas sedikit saja, dia bisa kehilangan Atherio. Anak kecil itu tersenyum geli kemudian beranjak bangun sambil meregangkan tubuhnya ala bayi.

Atherina membuka matanya, dia bangkit sambil mengucek kedua mata dan memperhatikan Atherio. "Sudah pagi, ya?" Atherio mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kakak, ini pertama kalinya Kakak berkunjung ke rumah yang ini, kan? Ayo kita berkeliling!" Atherio menarik tangan Atherina dengan semangat. Dia berlari sambil memegang erat tangan Atherina yang ikut berlari sambil mengucek matanya karena masih setengah sadar.

Atherio berjalan di depan Atherina, dia menjelaskan semua hal yang ada di setiap sudut ruangan rumahnya itu. Atherina yang tadinya masih mengantuk langsung kembali segar karena terpukau oleh keindahan rumah tersebut.

Atherio menunjuk sebuah bingkai foto yang sangat besar yang terpajang di dinding ruang keluarga. "Lihat, itu foto ibu.. ibu sangat cantik dan ayah bilang, aku mirip dengan ibu." Atherina melihat wanita cantik yang terlihat begitu anggun dan keibuan di dalam foto itu.

"Eomma..." Atherina bergumam pelan. Atherio menoleh kemudian tersenyum, "Kakak pasti pernah memeluk ibu, kan?" Atherina terkejut mendengar pertanyaan adiknya itu. Dia terlihat sedih, dia bahkan tidak mengenali siapa orang tuanya. Atherina hanya mengangguk pelan.

"Atherio kehilangan ibunya sejak kecil..."

Ucapan Park masih terdengar jelas di telinga Atherina ketika ayahnya itu menceritakan tentang Atherio. Atherina memeluk Atherio dan mendudukkan anak manis itu ke pangkuannya. "Ada Kak Nana, Kakak akan terus memeluk Atherio." Atherio membalas pelukan Atherina. "Aku sayang Kakak!" Atherio berseru semangat. Atherina tersenyum.

Sementara itu, Park sedang duduk di kursi kebesarannya di kantor. Dia menyalakan api dari pemantik lalu menyulut ujung cerutunya.

"Aku dengar, Tuan mengadopsi seorang anak perempuan," kata seorang pria yang duduk di sofa di samping meja kerja Park. Pria itu tampak sedikit gugup karena telah bertanya demikian.

"Ne, Atherio membutuhkan seorang kakak." Park menghisap cerutunya. "Emm, apa menurut anda ini tidak akan berbahaya? Selain mengincar Tuan muda, mereka juga bisa mengincar putri anda."

ATHERIO PARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang