39. Harapan & Penantian

61 7 0
                                    

Empat tahun kemudian,
Seoul, Korea Selatan.

Gedung perusahaan bernama Park J. A. Group dipenuhi dengan orang. Beberapa diantara mereka adalah awak media yang akan meliput berita tetang kepulangan putra Park Johan Armez dari Amerika, Atherio Park.

Beberapa mobil terhenti di depan gedung tersebut. Seketika tempat itu dipenuhi blitz kamera. Pintu dari alah satu mobil sport hitam itu terbuka. Pria bertubuh tinggi dengan setelan jas rapi keluar dari mobil tersebut. Wajah kokohnya terlihat begitu manly dengan pahatan bibir dan hidung yang indah. Kacamata hitam itu menutupi sepasang mata elangnya. Sebelum para wartawan mendekat, beberapa bodyguard melindungi tuan mereka dengan jarak yang sudah ditentukan. Seolah tidak boleh ada yang menyentuhnya sedikit pun.

Beberapa dari mereka mulai menggencarkan pertanyaan.

"Tuan Atherio, apa benar anda kembali dari Amerika untuk menghindari hukum?"

"Tuan, apa anda benar-benar seorang gangster?"

"Tuan, bagaimana pendapat anda dengan foto-foto yang beredar di media tentang penjualan senjata itu?"

"Tuan, bisakah kami mendapat penjelasan?"

Atherio tidak menjawab mereka, bahkan dengan melihat saja tidak. Dia tetap memandang lurus dan berjalan gontai seolah tidak ada siapa pun di depannya. Pria itu memberikan kode pada para bodyguard-nya dengan jentikkan jarinya.

Mereka membungkuk dan menghalangi wartawan-wartawan yang masih berusaha mendapatkan jawaban dari Atherio.

Sementara itu, Atherio memasuki ruang kerja ayahnya. Dia menarik tirai untuk melihat pemandangan kota Seoul yang telah dia tinggalkan selama 4 tahun. Pria itu tidak bisa melihat rumahnya dari gedung tersebut. Terlalu banyak gedung baru yang dibangun. Dulu, Atherio bisa melihat rumahnya dari gedung tersebut, dan sebaliknya. Dia juga bisa melihat gedung perusahaan ayahnya dari rumahnya. Sekarang semuanya berubah. Sepulangnya dari Amerika, dia langsung mendatangi tempat tersebut.

Ketika Atherio berbalik, moncong pistol itu berada di dahinya. Sedikit terkejut, karena dia tidak menyadari kehadiran orang lain di ruangan itu.

Pria bertopi di depannya yang memegang pistol tersenyum sinis, "Sampai disini saja, Atherio." Suara manly itu terdengar tidak asing bagi Atherio. Dia melihat seragam kepolisian yang melekat di tubuh pria di depannya itu.

Atherio memiringkan kepalanya, "Cepat sekali, Christian." Suara bariton milik Atherio menggema di ruangan itu.

"Berhenti menjadi gangster dan menyeralah," kata pria itu sambil mendongkak menatap Atherio. Benar, pria tampan itu adalah Chris. Atherio membuka kacamatanya memperlihatkan mata elangnya yang tajam, "Pergi dari sini, atau aku akan melaporkanmu pada polisi. Kau telah menyusup dan menodongkan senjata padaku."

"Polisi mana yang kau maksud? Apa yang kau lakukan sehingga mereka mau menutupi kejahatanmu?" Tanya Chris. Atherio menendang tangan Chris. Pistolnya melambung ke atas. Mereka mendongkak. Ketika pistol itu jatuh, Atherio akan menangkapnya. Namun, Chris menepis tangan Atherio dan dia berhasil memegang kembali pistolnya dengan posisi semula.

Atherio memutar bola matanya, "Kau jadi hebat rupanya."

"Aku telah menangkap beberapa anggota kelompok yang bekerja sama denganmu. Mereka sekarang di penjara. Nanti kau akan menyusul mereka. Aku tidak akan menangkapmu sekarang. Ada seseorang yang perlu aku tangkap lebih dulu sebelum dirimu," kata Chris sambil menyimpan kembali pistolnya. Dia menatap Atherio dengan tajam kemudian berlalu.

ATHERIO PARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang