"Erzähle nicht, wie du warst, sondern zeige, wie du jetzt bist."
◆◇◆
Pagi telah tiba, cahaya matahari masuk ke dalam mobil dan menerpa wajah Atherio membuat laki-laki tampan itu merasa silau. Perlahan kedua matanya terbuka dan mengerjap pelan. Atherio mendapati dirinya bersadar di bahu sang kakak. Semalam Atherina tidak mau membangunkan adiknya, dia memilih tidur bersama Atherio di dalam mobil sampai pagi. Atherio menatap wajah Atherina di jarak yang begitu dekat. Atherio menggeleng cepat.
Apa yang kau pikirkan, Atherio?
Atherio melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 7. Atherio membelalak, "Aku harus pergi ke sekolah!" Gerutu Atherio yang membuat Atherina terbangun karena mendengar suaranya.
Atherina melihat keluar jendela mobil, "Ah, ini sudah pagi?"
Mereka berdua segera keluar dari mobil dan berlari menuju rumah untuk bersiap-siap pergi ke sekolah. Mereka bergerak secepat kilat mengemas buku dan melupakan sarapan.
Atherina memasang alat komunikasi ke telinganya, "Antar kami ke sekolah! Secepatnya!"
Tanpa menunggu jawaban dari anak buahnya, Atherina mematikan alat komunikasi dan memasukkannya ke dalam tas. Dia melihat Atherio sedang memasang sepatunya.
Atherina melihat jam tangannya, sebentar lagi pukul 8.
Mobil yang membawa Atherio dan Atherina berhenti di depan gerbang sekolah yang akan ditutup oleh dua penjaga sekolah.
Atherio dan Atherina segera keluar dari mobil dan berlari akan masuk, namun gerbang sudah tertutup.
Atherina mengetuk gerbang, "Hanya satu detik, Paman buka gerbangnya." Atherina melihat jam tangannya.
Paman penjaga gerbang menggeleng, "Maaf, kalian bisa kembali besok."
Atherio dan Atherina saling pandang. Kembali besok? Seperti mendatangi sebuah toko.
"Lebih baik menerima hukuman daripada membolos," ucap Atherio.
"Sayang sekali, seharusnya kalian datang seperti waktu biasanya."
Atherina mendengus lalu berlalu ke mobil, dia memukul kaca mobil karena kesal. Atherio yang menyadari kekesalan kakaknya segera menghampiri untuk menenangkan Atherina.
Atherio menyentuh bahu kakaknya, "Kak, kita punya jalan lain."
Atherina menatap adiknya.
Mereka berdua berada di bagian belakang sekolah. Di depan mereka ada dinding tinggi yang membentengi area sekolah.
"Kita harus memanjatnya," ujar Atherio sambil setengah jongkok. Atherina memperhatikan adiknya dengan ekspresi bingung.
Atherio menoleh pada kakaknya. "Kenapa malah melihatku? Iya, aku tahu aku tampan, tapi cepatlah Kakak lompat ke atas," ucap Atherio sambil menyiapkan tangannya sebagai papan lompatan.
Jika aku melompat duluan, dia bisa melihat celana dalamku, batin Atherina sambil merapatkan pahanya.
Atherina punya ide yang lebih bagus, "Kau lompat duluan, nanti tarik aku."
Atherio memutar bola matanya, dia mundur beberapa langkah kemudian berlari kearah tembok dan melompat, kedua tangannya meraih ujung tembok.
"Hati-hati," bisik Atherina di bawah. Atherio mengayunkan tubuhnya dan berhasil duduk di atas tembok itu. Atherio mengulurkan tangannya pada Atherina yang masih berada di bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHERIO PARK
БоевикAtherio Park, pewaris utama keluarga Park, pemilik tahta gelap sang ayah, pemain utama kisah ini. Pria tampan yang berbahaya. Dia bisa melakukan apa saja hanya dengan menjentikkan jari. Wanita pun harus berpikir belasan kali untuk mendekatinya. Tuan...