Bagian 26

952 26 0
                                    

Selamat membaca:)

Semenjak putus dengan Raffi, Tiara selalu terlihat murung ia terus mendekam dikamar makan pun ia tidak nafsu. Artha yang melihat itu jadi sedih sekali.

"Artha, Tiara masih dikamar ya? mama mau nganterin makanan ini buat Tiara." ucap Fitri.

"Iya ma, eitt tunggu ma biar Artha aja." ucap Artha yang langsung merebut nampan berisi makanan.

"Yaudah nih." – Fitri.

"Sambil pdkt-an ya bang" ucap Reva.

"Berisik lo!" - Artha.

Ketika sampai dipintu kamar Tiara, Artha mengetuk beberapa kali tidak ada sahutan ia mencoba memanggil namanya.

"Ra ini gue boleh masuk kan?" tanya Artha tetap saja tidak ada jawaban.

Artha membuka pintu kamar Tiara perlahan terlihatlah Tiara yang masih menggunakan piyama dan sebuah pisau ditangannya. Artha yang melihat itu langsung menyimpan makanan dinakas  dan menghampiri Tiara merebut pisau dari tangannya.

"Lo gak usah lebay deh gara-gara mengakhiri cinta lo juga mau mengakhiri hidup lo? Mikir gimana perasaan orang tua lo nanti. Bego dipelihara!" ucap Artha dengan emosi yang menggebu.

Tiara mengkerutkan keningnya seperti orang yang bingung.
"Gue juga masih punya otak kali siapa juga yang mau bunuh diri orang gue mau ngupas apel. Suudzon aja lo jadi orang." jawab Tiara santai.

Artha yang baru menyadari ternyata ada buah-bahan dipinggir ranjang.
"Yeu gue kira lo udah bosen idup." - Artha.

"Yaa ketahuan lo khawatirkan sama gue?" -Tiara.

"Ngga." masih saja Artha gengsi untuk mengungkapkan yang sebenarnya. Rasanya susah sekali.

"Yaudah gue mau gantung diri." -Tiara.

"Jangan nanti cita-cita gue belum kesampean." - Artha.

"Apa hubungannya sama gue?" - Tiara.

"Cita-cita gue kan mau dapetin cinta lo." ucap Artha menatap manik mata Tiara dengan senyum yang paling tulus.

'Tatapan ini selalu buat hati gue bergetar, selalu buat hati gue teduh. Sungguh, benci gue menjadi cinta. Seandainya lo tau tha.' batin Tiara.

'Gengsi gue emang besar tapi gue bakal berusaha singkirin gengsi gue ra. Cuma lo yang mampu numbuhin benih cinta dihati gue.' batin Artha.

Saling Tatapan itu terhenti oleh si pengganggu siapa lagi kalau bukan Reva.

"Ekhem kedip weuh awas takut hilap." ucapnya mengintip dipintu kamar.

"Ehh..eum.. Lo ma-makan dulu ya." ucap Artha mencairkan kecanggungan, Tiara hanya mengangguk.

"Mau gue suapin?" tawar Artha.

"Lo kira gue bocah? Ngga usah biar gue sendiri aja." jawab Tiara.

"Oke abisin makanannya, lo jangan galau-galau lagi. Nanti kita pergi jalan-jalan gimana mau gak?" - Artha.

"Tapi lo harus traktir gue." – Tiara.

"Yee setiap jalan bareng juga gue mulu yang bayar." – Artha.

"Gak ikhlas Lo?" - Tiara.

"Ikhlas ko ikhlas." -Artha. "Yauda kalo gitu gue keluar dulu ya." pamit Artha.

Ketika jalan-jalan dengan Tiara selalu diakhiri dengan mirisnya dompet Artha menjadi kosong, tapi bagi Artha itu tak mengapa yang penting dia bisa melihat Tiara bahagia lagi.

Thank You readers:*

ARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang