Bagian 43

1.6K 38 2
                                    

Selamat membaca:)

Dengan kecepatan sedang Artha melajukan mobilnya menuju salah satu butik yang ada di Jakarta,bersama Tiara perempuan itu sedang asik mendengarkan musik menggunakan headphone nya sementara Artha terus mencuri-curi pandang wajahnya merasa yang diperhatikan Tiara menatap pada Artha namun dengan cepat Artha menghadap kedepan pura-pura fokus mengemudi.

“Udah deh fokus aja kedepan gak usah liat-liat sini.”ucap Tiara.

“Siapa juga yang liatin pede banget.”

“Dih masih aja gengsinya belum ilang.”

Tiba-tiba Artha ngerem mendadak dan diam lalu menatap dalam Tiara. Tiara yang ditatap seperti sedikit takut ia tidak sanggup menatap balik. Wajah Artha mulai mendekati wajah Tiara sampai tersisa beberapa centimeter.

“Bilang apa tadi?”

“Bi-bilang apa sih tha.” Tiara tergugup.

Artha mulai mengelus pipi Tiara yang lembut beralih membelai rambut Tiara yang wangi vanilla Artha sangat menyukainya.

Cup...

Cukup lama Artha mencium kening Tiara sungguh itu ciuman kasih sayang yang sesungguhnya Tiara merasakan ciuman sayang Artha padanya. Lalu Artha menatap Tiara.

“Dari tadi gue curi pandang terus pengen cium lo,so jangan bilang gengsi lagi ke gue. Gue bakal buktiin dan lakuin apa yang gue mau sama lo.”

Setelah itu Artha kembali melajukan mobilnya sementara Tiara masih belum bisa menormalkan detak jantungna.

~~~~~

Tiba dihari akad kini dua insan akan dipersatukan tinggal hitung menit resepsi pernikahan akan dimulai. Artha merasakan detak jantungnya berpacu dengan cepat ia takut salah mengucapkan ijab qabulnya. Sebuah tangan menggenggamnya berusaha menenangkan,Artha tersenyum pada Tiara yang selalu memberi ketenangan.

“Lo jangan gugup gitu stay cool tha.”

“Iya ra.”

Kini dihadapan mereka sudah ada penghulu menggunakan pakaian serba hitam dimulai dari kopeah,jas,celana dan sepatunya.

“Gimana sudah siap nak Artha?” Pak penghulu bertanya.

Artha menggangguk mantap.

“Oke kita mulai. Bismillahirrahmanirrahim saudara Shiddartha Darmawana saya nikahkan engkau dengan Tiara Rasyafa binti Reno Rasyid dengan mas kawin 50 karat dan seperangkat alat sholat dibayar tu..nai.”

Artha menarik nafas dalam-dalam.

“Saya terima nikahnya Tiara Rasyafa binti Reno Rasyid dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”

Dengan satu kali tarikan nafas Artha bisa mengucapkannya dengan mudah.

“Sah??”

“Sah.” Ucap semua para tamu undangan.

Syukur alhamdulillah mereka kini sudah sah menjadi pasangan suami istri. Artha mencium kening Tiara yang kedua kalinya. Dan Tiara menyalimi tangan Artha selaku seorang istri.

Namun salah satu tamu undangan sedikit sedih karena separuh hatinya kini sudah dipinang oleh orang lain,ia perlahan mundur dari kerumunan namun sebuah tangan menghentikan langkahnya.

“Lo mau kemana daf.” Tanya Jessica.

“A-anu gue mau ke--.”

“Udah disini aja temenin gue.”

Daffa hanya nurut saja,Jessica sudah tau kalau Daffa mantan Tiara ia mengerti pasti Daffa masih memiliki perasaan pada Tiara.

“Tes tes 123 sayang sama Reva.”

Terdengar suara mikrofone semua orang tertuju pada sumber suara. Seorang laki-laki yang juga tampan menggunakan jas berwarna merah maroon disertai daleman kemeja berwarna hitam dipadukan dengan celana coklat dan sepatu hitam tak lupa gitar acoustik yang dipegangnya.

“Mohon perhatian bapak-bapak ibu-ibu yang saya hormati serta teman-teman saya yang tidak saya cintai karena saya cuma cinta pada Revatha. Saya Rain Wijaya ingin menyanyikan sebuah lagu untuk sang kekasihku Revatha Darmawana.”

Rain mulai memetik gitarnya ia menyanyikan sebuah lagu berjudul Akad-Payung teduh. Memang dalam vokal sura Rain sangat bagus ia pantas menjadi anak band. Baru kali ini Reva melihat Rain se romantis itu. Setelah selesai bernyanyi Rain menghampiri Reva kakinya ditekuk dihadapan dan menyodorkan kotak merah berisi cincin.

“Reva,maukah kamu jadi ibu dari anak-anakku?”

Reva tersenyum bahagia ia meneteskan air mata karena terharu Rain yang tidak bisa diajak serius dan urakan kini melamar nya dengan sungguh-sungguh.

“Iya gue mau Rain.”

Semua bertepuk sorai melihat aksi itu memang Rain sangat nekat akan melakukan apapun demi wanitanya. Panji dan Fitri tersenyum pasti mereka akan di sibukan kembali oleh pernikahan anak perempuannya.

“Hey Rain, gak modal banget sih ngelamar di pernikahan gue.” Sewot Artha.

“Yee gpp selagi gratisan dan mewah gini kapan lagi coba? Bentar lagi gue nyusul lo tha tunggu aja.”

Semua tertawa melihat Rain dengan wajah tanpa dosa berucap seperti itu.

The End.

Thanks buat yang selalu support cerita ini.
Thanks buat yang setia nunggu cerita ini sampai tamat.
Thanks untuk readers karena tanpa kalian cerita ini gak akan sukses.

Saya ucapkan banyak-banyak terimakasih:*

ARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang