Selamat membaca:)
"Lo emang mau ngajak gue kemana sih?" -Tiara.
"Ada deh suprise." - Artha.Malam ini hatinya sudah mantap untuk mengungkapkan perasaan semuanya yang ia rasakan pada Tiara semua rasa gengsi sudah ia kalahkan dengan rasa cintanya yang lebih besar. 'Semoga malam ini lancar dan Tiara bisa nerima gue.' batin Artha.
"Pegangan ya." lanjutnya.
Tiara awalnya ragu-ragu kedua tangannya hanya memegang jaket Artha namun dengan sigap Artha menarik kedua tangan Tiara agar melingkarkan pada pinggangnya.
"Nah pegangan yang bener itu gini." ucap Artha."Ini sih bukan megang tapi meluk." cibir Tiara.
"Hilih lo juga diem aja gue giniin berarti mau kan?" – Artha.
"Berisik lo cepet jalan." -Tiara.
"Berangkat." - Artha.Artha melajukan motornya dengan kecepatan yang sedang, untung saja di kota Bandung ini jarang macet membuat perjalanan hanya memerlukan waktu yang sebentar. pelukan Tiara semakin erat karna udara terasa semakin dingin ia menyenderkan kepalanya dipundak Artha 'ahh pelukan lo emang spesial ya' batin Artha.
Akhirnya sampai ditempat tujuan disebuah cafe yang sudah Artha sewa, salah satu meja yang sudah dihias seromantis mungkin hasil usaha Artha dari jauh-jauh hari dan semoga tidak sia-sia.
"Waw perfect." ucap Tiara dengan mata yang berbinar.
"Ini dia suprise nya. Semua ini dibuat khusus buat Lo." ucap Artha seraya tersenyum.
"Emang ada apa sih tha sampe-sampe Lo buat kaya ginian perasaan gue belum ulang tahun." – Tiara.
"Gue mau bilang sesuatu sama Lo." – Artha."Mau bilang apa sih." ucap Tiara yang penasaran.
"Gue mau bilang, sebenernya gue it--" ucapan Artha terpotong oleh suara nada dering telpon Tiara.
"Sebentar tha." Tiara mengangkat handphone nya ternyata ada panggilan dari Raffi, Tiara sempat berfikir sejenak dan akhirnya ia memutuskan untuk menerima telpon tersebut.
"Ia hallo?"".........."
"Astaga terus ini siapa?"
".........."
"Oke-oke saya segera kesana." Tiara langsung mematikan sambungan itu raut wajahnya berubah menjadi cemas.
Artha yang melihat perubahan Tiara sangat khawatir."Ada apa ra?" - Artha.
"Raffi tha dia kecelakaan." - Tiara.
"Astaga." - Artha.
"Anter gue ke rumah sakit yuk tha." -Tiara.
"Lo masih peduli sama dia? Jangan-jangan lo belum move on." – Artha.
"Udah deh tha bukan saatnya buat ngebahas ini." Artha hanya mengangguk menuruti permintaan Tiara.Oke rencana Artha malam ini gagal total tetapi dia yakin dengan niatnya dilain waktu akan terwujud.
Mereka menuju rumah sakit yang dimaksud Tiara, setelah sampai mereka langsung ke ruang UGD dimana tempat Raffi dirawat. Disana ada seseorang perempuan paruh baya yang sedang duduk menangis.
"Permisi." -Tiara.
"Eh ini pasti non Tiara, maaf ya non bibi suruh non kesini malam-malam." ucap perempuan itu yang diketahui pembantu Raffi yang sudah bekerja bertahan-tahun dari Raffi masih kecil dia mengurus nya sampai sekarang dia sudah menganggap Raffi sebagai anak sendiri.
"Bagaimana keadaan Raffi sekarang?"
"Den Raffi sekarang masih belum sadar tetapi sedari tadi ia mengigau nama non Tiara terus makanya bibi mengecek handphone nya Raffi mencari nama non." jelas perempuan itu.
"Raffi sebenarnya anak yang baik non dia menjadi nakal sekarang itu karna orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai-sampai Raffi tidak di urus. Raffi menjadi nakal sebab dia ingin diperhatikan oleh orang tuanya tetapi tetap saja mereka tidak memperdulikan Raffi. Maka dari itu bibi pengen menjaga Raffi seperti anak sendiri. " lanjutnya dengan sesegukan.
Tiara yanho mendengar penuturan bibi itu hatinya menjadi tersentuh tak terasa air matanya meleleh membasahi pipinya ia segera menghapus air mata itu. 'lo jadi brengsek seperti itu ternyata lo mengalami kehidupan yang pahit' batin Tiara.
Sesaat seorang dokter keluar dari ruang rawat Raffi.
"Keluarga pasien?" tanya dokter." Ya saya." jawab bibi.
"Pasien sudah siuman dia dari tadi terus menerus memanggil nama Tiara dia ingin bertemu, yasudah saya permisi." - dokter.
Sebelum Tiara masuk ia menolehkan kepalanya pada Artha yang sedari tadi hanya diam.
"Tha yuk masuk." -Tiara.
"Lo duluan gue mau ngabarin mama dulu." Tiara hanya mengangguk.
Setelah Artha menelepon mamanya ia langsung menyusul Tiara masuk ke ruang rawat, dengan waktu yang sangat pas ketika membuka pintu hanya terbuka sedikit ia melihat dengan ke dua matanya tangan Tiara digenggam oleh Raffi dan ia pun mendengar ucapan Tiara sedikit.
"Iya raf tentu gue mau." Ucap Tiara.Hanya kata itu yang ia dengar dengan secepat mungkin ia kembali keluar tidak jadi masuk, sungguh hatinya sangat sakit seperti disayat pisau Artha berpikir bahwa Tiara menjalani hubungan kembali dengan Raffi.
Marah? Tentu Artha marah pada dirinya sendiri yang sangat lalai memanfaatkan waktu sampai - sampai ia terlambat untuk mengungkapkannya. Harapannya hancur sudah. 'Kenapa jadi gini sih, bego lo tha bego harusnya gue gerak cepat. Disaat gue mau ngungkapin ada aja halangan nya' batin Artha.
Artha tidak ingin kembali lagi ke ruang rawat tersebut dan memilih menunggu diparkiran ia sudah mengirimi pesan lewat ponselnya pada Tiara.
Message From Artha:
Gue tunggu diparkiran.Pesan sudah diterima oleh Tiara dan ia pun sudah membacanya, segera Tiara pamit pada Raffi untuk pulang.
"Raf gue pulang dulu ya udah ditunggu Artha." -Tiara.
"Yaudah hati-hati makasih ya ra." - Raffi.
"Oke." -Tiara.
Tiara segera menyusul Artha diparkiran dengan gerak langkah yang cepat akhirnya dari kejauhan ia bisa melihat Artha yang sedang duduk di motornya dengan dagu yang ia senderkan di helm. Wajahnya tanpa ekspresi dingin kembali seperti dahulu pertama kali bertemu.
"Lo kenapa sih?" tanya Tiara.
"Gpp." jawab artha singkat padat jelas. Ekspresinya sangat datar.
'Tumben ni anak jawabnya singkat lagi kumat kali ya.' batin Tiara.
'Harapan gue gak terkabul mungkin gue bukan jodoh lo.' batin Artha.Kita sama-sama menuju samudera cinta tapi tidak satu perahu:(
'Shiddartha Darmawana'Terimakasih bagi yang selalu membaca cerita ini. Hatur nuhun sakali dei:)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHA
Teen FictionKetika rasa cinta lebih besar mampu mengalahkan egoku. 21/10/2019 #1-anaksmk