Bagian 40

884 29 5
                                    

Selamat membaca:)

Pagi ini Daffa kembali ke apartemen Tiara untuk pergi kuliah bersama rambut Daffa yang biasa disisir rapi kini ia biarkan acak,hal itu dilihat oleh Tiara ia jadi teringat Artha yang sering bergaya rambut seperti itu.

Tiara menatap Daffa lekat-lekat kedua tangannya mulai memegang pipi Daffa perilaku itu membuat Daffa terkejut hatinya berdesir namun ada perasaan senang juga dulu ia sering diperlakukan seperti ini.

“Artha gue kangen.” ucap Tiara.

Ucapan Tiara tersebut sontak malu pada dirinya sendiri,Daffa mengira Tiara memang merindukan masa-masa dulu dengannya tetapi sebenarnya ia merindukan seseorang yang jelas bukan dirinya.
Daffa menetralkan kembali ekspresinya.

“Ekhemm,apa maksud ini pegang-pegang pipi gue. Lo kira bakpao apa.”

Tiara tersadarkan akan ucapan Daffa lalu ia segera melepaskan pipinya.

“Eh maaf daf,gue keinget Artha.”

Daffa diam memandang Tiara hanya sekilas lalu ia alihkan pandangannya. Suasana jadi sedikit canggung. Tiara mencoba mencairkan suasana ini.

“Daf muka lo gimana masih sakit?”

“Udah mendingan ko,lo gak nanya hati gue gimana ra?”

“Hah? Maksud lo?”

“Ngga gue bercanda gak usah tegang.”

“Lo udah gak berharap lagi kan sama gue.”

Pertanyaan ini yang membuat Daffa bingung,ia ingin menjawab iya tetapi takut Tiara menjauh darinya karena Tiara sudah memiliki Artha yang katanya akan menikah setelah lulus kuliah. Ya. Daffa tau itu ia harus pintar menyembunyikan perasaannya.

“Gue lagi berharap pada tuhan buat mendekatkan seorang wanita yang gue cintai,jika memang dia bukan jodoh gue,gue meminta agar hilangkan rasa cinta ini.”

“Siapa perempuan itu?”

“Kepo banget sih,yang terpenting bukan lo ko.”

Tiara merasa lega ketika Daffa mengucapkan itu,ia tak perlu lagi memikirkan perasaan Daffa yang sudah tidak ada untuknya.

“Yuk berangkat.” Ajak Daffa.

~~~~~

Akhirnya Tiara sudah menyelesaikan kuliahnya kini ia akan kembali ke Indonesia bersama Daffa. Tiara rindu suasana di Jakarta apalagi Bandung di kota itulah yang membuat cerita kehidupannya berwarna,Tiara kembali teringat pada Artha sampai saat ini ia belum menghubunginya juga.

“Ishh Artha kemana sih ko masih belum ngabarin gue.” Tiara bergumam.

“Lo kenapa ngedumel sendiri.” Ucap Daffa yang duduk disebelah Tiara.

“Gpp.”

“Mending lo tidur gih.”
Tiara mengkerutkan keningnya curiga akan perintah Daffa.

“Ngapain lo nyuruh gue tidur. Hmm jangan-jangan lo mau cium gue diam-diam ya ngaku lo!”
“Astaga fitnah teross,seburuk itukah gue dimata lo?”

“Ya iyalah lo kan dulu sering gitu.”

Entah mengapa Daffa senang Tiara masih mengingat masa lalu bersamanya dulu.

“Cie masih inget aja flashback ya.”

“Dihh najiss.”

“Itu kan dulu ra sekarang gue gak berani,udah lo kalo mau tidur ya tidur gak bakal gue apa-apain ko lagian lo gak menarik buat gue cium.”

Plakk.... tangan Tiara mendarat di kepala Daffa.

“Aduh sakit bege.”

“Bodo amat.”

ARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang