Bagian 39

871 25 0
                                    

Selamat membaca:)

Hari ini hari minggu Tiara dan Jessica sudah berada di taman untuk berlari bersama sudah menjadi rutinitas mereka berdua ketika weekend mereka habiskan untuk berolahraga.

Tiara menggunakan kaos pendek berwarna pink,celana training merah,sepatu putih dan handuk kecil yang bertengger di lehernya. Ia menyeka keringatnya dengan handuk kecil tersebut melihat ke sekeliling sangat ramai namun hatinya sepi tidak ada sosok yang ia rindukan.

“Ra emangnya si Daffa gak cfd?”

“Katanya nanti dia nyusul.”

“Kita beli minum dulu yuk.”

Tiara mengangguk ketika hendak melangkah ke salah satu pedagang tangannya dicekal oleh seorang lelaki bertubuh jangkung.Tiara mengenal dia karena memang sangat famous di kampus nya. ‘James’ batin Tiara. Tiara langsung melepaskan cekalan itu.

“Wow tenaganya gede juga.” Ucap James terkekeh.

Tiara hanya menatapnya datar sedangkan Jessica tidak sama sekali menatap James.

“Eh ada mantan.” Ucap James.

“Eh ada sampah.” Balas Jessica.

James hanya tersenyum,Tiara baru ingat Jessica dulu pernah ada hubungan dengan lelaki ini mereka putus karena James memaksa Jessica agar mau berhubungan intim dengannya tetapi Jessica menolak mentah-mentah ajakan itu lalu James mengancam bahwa jika dia tidak mau hubungannya hanya sampai sini akhirnya Jessica memutuskan hubungan itu.

“Yuk ra kita pergi dari sini.”

“Eh jangan dulu pergi,Tiara gue boleh ikut gabung sama lo?”

“Maaf ya James kayanya lo gak welcome buat kita.”

Tiara segera melangkahkan kakinya namun tangan James kembali mencekal tangan Tiara menarik dengan kuat sampai tubuh Tiara memeluk tubuh James. Dengan gesit James ingin mencium bibir Tiara tetapi kurang cepat tiba-tiba sebuah tangan melayangkan pukulan sangat keras tepat di rahang James yang membuat ia terhuyung.

“Lo gpp kan ra,lo gak dicium dia kan?” ucap Daffa.

“Engga daf.”

“Brengsek lo.”

Daffa kembali memukuli James dengan emosi yang memuncak. James pun tidak mau kalah ia juga membalas pukulan Daffa. Pertengkaran mereka menjadi sorotan orang-orang.

“Daffa udah cukup!” teriak Tiara.

Mendengar teriakan itu Daffa berhenti dan bangkit langsung mengajak Tiara dan Jessica pulang.
Jessica sudah diantarkan terlebih dahulu lalu ia menyetir menuju apartemen Tiara. Ia mengantar Tiara sampai pintu apartemennya lalu Daffa pamit. Tiara yang melihat wajah Daffa yang babak belur menawarkan untuk mengobatinya dahulu.

“Daf sudut bibir lo darahnya ngalir terus yuk masuk dulu gue obatin.”

“Nanti juga sembuh sendiri.”

“Daf kalo di biarin infeksi,lo begini juga gara-gara nolongin gue.”

Tiara langsung mencekal tangan Daffa,cekalan ini dulu yang paling sangat ia rindukan dan debaran ini masih sama seperti dulu entah dengan Tiara dia sudah tidak memiliki perasaan sedikit pun padanya.

“Lo duduk dulu tunggu sebentar gue ambil kotak p3k.”

Tidak memerlukan waktu yang lama Tiara sudah kembali membawa kotak p3k ia mulai mengobati sudut bibir Daffa. Ia meringis kesakitan.

“Shh..  pelan pelan ra perih ini.”

“Iyaa diem deh tangan lo jangan ngalangin.”

Tiara menahan tangan Daffa agar tidak menghalanginya untuk mengobati. Desiran ini masih sama seperti dahulu. Daffa menatap wajah indah Tiara dengan jarak sedekat ini membuat ia sangat menikmati,lengkungan senyum terlukis di wajahnya.

“Kenapa lo senyam senyum gitu.” tanya Tiara sambil memukul pelan pipi Daffa.

“Aduh sakit ra bego banget sih.”

“Lagian senyum-senyum sendiri lagi berpikir mesum ya lo sama gue.”

“Anjirr kagak,emangnya gue si James brengsek.”

“Udah sana lo pulang.”

“Idih ngusir.”

“Gak baik cowo cewe berduaan lama-lama.”

“Takut gue khilaf ya ra.” Ucap Daffa sambil nyengir kuda.

“Huss sana pulang.” Tiara mendorong tubuh Daffa.

“Iya gue pulang,makasih ya udah diobatin.”

ARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang