vote dong gaes! biar semangat lanjutinnya huhu
🌻🌻🌻
Haechan yang tiba-tiba udah berdiri depan gue.
"Handphone gue mati, gue gatau hotelnya dimana, gue juga gatau nama hotelnya apa. Lupaaaa hiks" Gue menjelaskannya sambil tetep nangis.
"Heuh" Haechan terlihat kesal. Dia membuka topinya terus mengacak-ngacak rambutnya.
"Yaudah lo ikut gue" Haechan ngomong sambil ngambil koper dan pergi gitu aja.
WOY TANGGUNG JAWAB ELAH
GUE MASIH BINGUNG. MAKSUDNYA APA IKUT DIA. HAECHAN MAU NGAJAK KEMANA.
TOLONG BEDAIN INI KAGET APA SENENG DIAJAKIN.
HEHE.
Gue masih terpaku di kursi lalu Haechan membalikkan badannya.
"Cepet" Perintahnya.
Gue mengikutinya dan memaksakan kaki ini untuk berjalan. Sakit tapi ini keadaannya juga susah, ga boleh manja. Gue hanya jalan di belakangnya, kakinya mungkin baik-baik aja dibanding kaki gue sekarang.
☀
"Ini rumah siapa?"
Setelah mati-matian gue jalan melewati banyak tanjakan dan beberapa kali ada tangga yang harus gue lewati. Akhirnya tiba di sebuah rumah berwarna abu-abu kusam. Tipe rumahnya simple, 3 lantai dengan tangga di samping rumah yang menghubungkan tiap lantainya. Lantai paling bawah kayaknya garasi soalnya hanya rolling door.
Gue masih celingukan melihat rumah itu. Sedangkan Haechan udah naik tangga ke lantai paling atas. Rooftop.
Ini apasih? Penginapan?
Haechan membuka kunci pintu rumah itu dan masuk ke dalam. Gue hanya mengikutinya.
Aneh juga, rumahnya keliatan kumuh dari luar.
"Malem ini lo boleh tinggal disini," Haechan singkat menjelaskan.
"Ini rumah siapa? Lo tinggal disini apa gimana? Gue ga paham," Gue bener-bener penasaran sama tempat ini.
"Iya ini tempat gue" Jawabnya.
LOH KOK?!
Ternyata didalam lebih rapih. Malah ga keliatan kumuh gitu. Agak sedikit berdebu sih, mungkin karena belum dibersihin.
Jadi rumah ini kayak kosan gitu, cuma ada ruang tamu, dapur, sama kamar di satu ruangan, ga ada pembatas dindingnya.
Gue lihat ada 2 pintu lagi, pasti yang satunya itu kamar mandi. Tapi yang satunya lagi gatau tempat apa. Mungkin gudang.
"H-Haechan" Panggil gue ke dia yang lagi sibuk dengan lemarinya.
"Lo bisa jelasin ga? Sejelas-jelasnya"
Haechan hanya ngelirik, lalu menghampiri gue yang sekarang duduk di sofa.
"Hmm, ini rumah gue. Jadi lo gausah takut. Lo udah bantuin gue tadi, jadi gue ijinin malem ini lo tidur disini. Gue mau mandi, kalo lo laper atau haus ambil aja di kulkas. Oke?" Haechan cuma ngomong segitu.
"Kalo gitu gue tidur disini aja," sambil nunjuk sofa yang lagi didudukin.
Haechan nyelonong ke kamar mandi tanpa respon omongan gue. Bukannya apa-apa yah, itu kasur cuma satu. Pikiran gue udah ga bener. Masa iya sekasur.
YA MAULAH ANJIR
EH GAKLAH
"Ehem hem, haus juga. Cape gila jalan tadi jauh banget," Gue memegang tenggorokan yang sudah mengering terus ngelirik kulkas. Gue masih ragu, ambil aja gitu?
Yaudah bodo amat, ambil aja. Karena udah haus kebangetan gue ambil minuman kaleng dan balik lagi ke kursi.
"Nyereng njir!" Satu tegukan minuman itu bikin tenggorokan gue sedikit sakit. Tapi karena haus tetep akhirnya gue teguk.
Kok pusing. Kecapean kali ya. Yaudah gue tiduran di sofa.
☀
Anget dan empuk banget. Tangan gue meraba, eh ini bantal. Loh kok!
Gue membuka mata yang berat itu. Badan gue udah pake selimut. Gue kaget karena sekarang gue berada di atas kasur.
"AWWW!!!!" Saat mencoba bangun, kepala gue sakit.
Ini masih subuh. Gue liat sekeliling, ga ada Haechan. Terus mata gue tertuju ke satu ruangan yang lampunya nyala. Jadi itu seruangan gelap karena emang di matiin lampunya. Gue lihat dari sela-sela pintu ruangan itu. Kayaknya Haechan ada disitu.
Gue mencoba menurunkan kaki dari kasur. Kaki gue tambah bengkak dan membiru. Udah kayak kaki gajah. Sedih. Sakit.
Gue mencoba jalan ke ruangan itu, baru juga selangkah dari tempat tidur.
Brukkk
"Aishhhh sakit" Gue merengek sambil refleks memegang kaki gue.
Haechan keluar dari sana dan langsung menghampiri gue.
"Lo gapapa?" Haechan menarik tangan gue dan mengubah posisi gue yang asalnya tengkurep jadi duduk di atas kasur.
"Kaki gue sakit" Gue masih memegang kaki.
"Ini makin parah" Kata Haechan yang lagi pegang dan liatin kaki gue yang kayak gajah itu.
"Gue kompres yah" Haechan langsung ke arah dapur.
Gue masih duduk sambil menundukkan kepala. Kaki gue sakit dan kepala gue juga pusing banget.
Suasana makin canggung.
"Lo belum tidur yah?" Gue mulai ajak ngobrol Haechan yang lagi sibuk kompres kaki gue.
"Orang korea kan jarang banget bangun subuh, paginya di korea tuh jam 8 kan?" Lanjut gue.
"So tau lo" Haechan jawab jutek.
"Salah gitu? Hmm perasaan kalo di drama tuh bangunnya suka pada siang. Ini jam 6 lo udah bangun kan aneh. Hmm apa gue yang salah yah?" Gue bingung sendiri ketambah malu karena so tau.
Tiba-tiba Haechan duduk di samping gue. Bahu dia hampir menyenggol bahu gue. Udah kayak mau nempel.
DEG DEG DEG.
"Aaahhh jauhan duduknya!" Gue ga tahan banget jadi ngomong gitu.
"Kenapa?" Haechan bingung dan belum geser juga.
"Jantung gue mau meledak. Cepet geser" Kata gue yang menggerakan tangan biar dia ngejauh.
HAECHAN TERKEKEH. DIA SENYUM.
MAMPUS AING MAMPUS.
Gue memejamkan mata dengan paksa. Apa yang barusan gue liat, jelas membuat gue makin sesak nafas. Senyum Haechan.
Senyuman Haechan yang sering gue liat kayak biasanya di internet. Dari awal ketemu dia belum senyum seikhlas itu.
CEK JANTUNG!!!
CEK HATI!!!
CEK OTAK!!!
🌻🌻🌻
Maunya update tiap minggu tapi kemaren kelupaan.
Habis baca, vote gaes! komen juga!
Jangan baca sembunyi-sembunyi ih.
DOSAKK!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
🌻The Day We Met | HAECHAN (end)✔
Fanfiction(COMPLETED) Isinya ketidakmungkinan yang selalu fans impikan. Semua berawal dari nekatnya seorang fangirl. Gak, semua berawal dari kebucinannya pada Haechan. 📌Kadang baku kadang tidak 📌Mengandung bahasa kasar 📌Seoul rasa Sunda Karakter dari cast...