06

8.7K 917 34
                                    

TAMI POV

🌻🌻🌻

"Lo ga inget apa-apa kejadian semalem?" tanya Haechan.

Gue mikir dulu dengan keadaan kepala yang masih pusing berat dan perut yang sedikit mual.

"Ohhh mianhe, gue pasti ketiduran dan lancang tidur di kasur lo. Maaf" Sebenernya gue ga yakin sama ingatan ini.

"Hmm yaudah..." Jawab Haechan.
"Lo bisa bantuin gue?" Lanjutnya.

"Hah bantuin gimana? Gue bisa" Gue sedikit kaget sih dia minta bantuan apaan, tapi gue ga bisa nolak juga apapun suruhan dia.

"Nanti ada bibi Hwang yang suka ngurus rumah ini nganterin persediaan makanan, lo bisa ga gantiin gue ambil makanannya?"
Belum selesai jelasin Haechan malah menambahkan.

"Eh gausah deh" Lalu Haechan liat kondisi kaki gue yang ga memungkinkan.

"Gak kok, gue bisa. Gue mau bantuin lo" Jelas gue mau, mau modus. Eh

Apa sih yang ngga buat lo Chan-Tami

Tingtong

Haechan bergegas melihat layar di samping pintu yang menunjukkan wajah seorang wanita separuh baya.

"Itu bibi Hwang datang" Haechan ngasih tau gue dan langsung menjauh dari pintu.

"Oke" Gue bergegas bangun dari posisi duduk yang daritadi masih di atas kasur.

Dengan jalan yang tertatih-tatih, gue membuka pintu.

"A-annyeonghasimnika" Sapa gue sambil tersenyum dan membungkukkan badan.

"Ahh, kamu yang tinggal disini nak?" Tanya bibi Hwang yang membawa dua kresek belanjaan itu.

"Iya bi, ahh maaf bi baru bisa ketemu sekarang" Gue akting se-natural mungkin karena gamau kalo sampe bibi Hwang curiga yang aneh-aneh.

"Ini bibi bawain pesenan kamu tadi, bibi taro dimana?" Katanya sambil rada mengangkat belanjaannya.

"Ahh... Euh hmm bi bisa di bawa kesana aja?" Tanya gue sedikit ragu sambil menunjuk bangku besar di depan rumah itu.

"Oh yasudah" Bibi Hwang langsung menuju ke bangku itu dan gue pun  menyusul.

Dari bangku itu, bibi Hwang melihat ke arah gue yang lagi jalan kesakitan lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong belanjaannya.

"Duduk sini, pantes aja kamu suruh bibi ke apotek. Biar bibi obatin" Ternyata yang bibi Hwang keluarin itu obat dan perban. Bibi Hwang ternyata baik juga.

Gue kagetlah. Ke apotek? Berarti Haechan dong yang nyuruh? Ini dia perhatian gitu?

HIDUNG GUE TERBANG

"Ahh terima kasih bi" Jawab gue meskipun sebenernya masih mikirin alesan si Haechan perhatian gitu.

"Aduh kenapa bisa gini nak?" Tanya bibi Hwang sambil melilitkan perban.

"I-itu bi semalem keseleo pas naik tangga itu terus ini jadi kejedot tembok" Jawab gue sambil gagu gitu dan nunjukin ke arah tangga. Bisaan banget dah kalo ngebohong.

"Aishh lain kali hati-hati, kalo parah kan bisa bahaya. Ini nanti salepnya di pake terus ya sampe luka di dahinya itu kering. Ini belanjaannya gimana? Biar bibi masukin ke dalem aja yah, kan kaki kamu masih sakit" Gue malah bengong.

"..."  Sibuk dengan pikiran gue sendiri.

"Nak?" Bibi Hwang menyadarkan gue.

"Ah gausah gausah bi gapapa, biar sama aku aja" Riweuh pisan ngambil belanjaan itu takut si bibi masuk rumah.

🌻The Day We Met | HAECHAN (end)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang