Part 20

1.1K 82 6
                                    

"PERGI!"teriak Fatim bangun dengan nafas yang tidak teratur. Ia  menatap jam di dinding, menunjukkan pukul 02.12 am.

Ia baru menyadari di kamar tersebut hanya ada dirinya, bang Saaih tidak ada di meja kerjanya. Sepertinya bunda dan Ayah belum pulang tetapi di mana bang Saaih.

"Bang.."lirih Fatim memegang selimutnya.
"Jangan nakutin Fatim dong, ini tengah malam bang.." ujar Fatim lagi menarik selimut.

Krek! suara jendela terbuka, Fatim menatap tajam jendela itu. Ia bersiap-siap jika ada makhluk tidak di inginkan mendekatinya lagi. Angin berhembus membuat tirai itu terbuka, terlihat jubah seseorang menatap Fatim. Wajahnya tidak seperti ingin mengganggu Fatim, jubah putihnya melayang seperti menunjuk sesuatu di belakang Fatim.

Fatim terpaku tidak berani melihat ke belakang. Dirinya masih membayangkan wajah yang ada di belakangnya. Tetapi kalo ia seperti ini, hantu itu tidak akan pergi. Dengan semua keberanian, Fatim melirik ke belakang ia melihat makhluk yang muncul di kamarnya mendekat ke arah Fatim.

"Pergi!" teriak Fatim menutup mata dengan selimut yang ia pegang.
"Tim, apaan?"tanyaa seseorang dengan suara yang ia kenal.

Fatim membuka matanya, ia melihat bang Saaih dari arah yang bersamaan dengan hantu itu. Kecurigaannya bertambah, tetapi ia buang. Terpenting abangnya ada, tunggu.

Kenapa bang Saaih berjalan tidak menyentuh tanah? Bukankah hanya yang sebangsa dengan makhluk seperti tadi?

Suasana hening, Fatim tidak berani mendekat ke abangnya. Ia takut itu bukan abangnya, ia yakin tidak mungkin bang Saaih bisa melakukan itu.

"Kenapa melihatku!" ujarnya berbalik menatap tajam Fatim. Dugaan ia benar. itu bukan bang Saaih tetapi makhluk itu, beruntung ia tidak memeluk makhluk mengerikan itu.

"FATIM!" teiak seseorang menggedor pintu, Fatim yakin  adalah bang Saaih. Seketika pintu terbuka, makhluk memberikan itu hilang bersama jubah putih.

"Bang Saaih!" teriak Fatim memastikan bang Saaih.
"Kamu di ganggu lagi?" tanya bang Saaih. Fatim hanya menggeleng ia senang, abangnya ada di sampingnya lagi.
"Kenapa teriak-teriak?"tanya bang Saaih.
"Habisnya abang ngak ada" cemburut Fatim.
"Yaelah Tim, abang hanya buat coklat hangat untuk nemani abang buat tugas dan ngedit." ujar bang Saaih duduk dan menegukkan minumannya.
"Abang ngak tidur?"tanya Fatim mendekat.
"Tadi tidur, tapi kebangun. Ini perut laper..." ujar bang Saaih tersenyum.
"Makan mulu, oh ya. Bunda sama Ayah belum pulang?"tanya Fatim duduk di tempat tidur.
"Tadi bunda nelfon saat kamu tidur, katanya ngak bisa pulang."ujar bang Saaih menegukkan lagi minuman.
"Mau?"tawar bang Saaih.
"Tinggal dikit! mau tidur aja!" ngambek Fatim berbaring dan mulai untuk tidur lagi.
"Hehe.. ngambek aja sono." ledek bang Saaih.
"Biarin." ucap Fatim menutup matanya.


GO AWAY! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang