Terbongkar

586 49 2
                                    

Tubuh Fatim seakan tak bisa di kendalikan, dia sangat lemah, sangat lemah. Dirinya menatap sesosok yang selama ini bersamanya, bukan seorang manusia. Dengan roh yang berpakaian putih lusuh dan pucat.

"Kamu..."

"Maaf, aku bohong padamu.."

"Kenapa..?"

"belum tepat,"

"Aku takkan pernah meninggalkanmu karena kamu sahabatku," isak Fatim masih tak percaya ketika Khya merubah bentuknya seperti dia mati. 

Ada pisau kecil di jantungnya hingga mengeluarkan darah yang tak henti-henti. Tangannya yang hampir putus dan hanya di baluti oleh kain putih serta tetesan darah di sudut mata kanannya seolah-olah dia menangis darah.

"Siapa yang bunuh kamu?" tanya Fatim seolah-olah ingin membalas siapa yang membunuh Khya sahabatnya.

"nanti kamu tahu semuanya, dan ini adalah wajah asliku." Senyumnya tidak ingin memberitahu secara jelas.

"jangan pergi,"

"takkan pergi, sampai tugasku selesai," tambah Khya seolah ingin berpamitan. Tubuhnya semakin hilang, dan dirinya tak henti memberikan senyuman yang begitu manis.

"Selamat tinggal, teman"

Kata itu, kata terakhir yang di dengar oleh Fatim. Ia tak bisa menahan semua rasa sedihnya,  isakkannya semakin keras saat ingin menggapai dan memeluk Khya untuk terakhir kalinya sebelum ia meninggalkan dunia ini.

Ia kehilangan lagi, setelah ini siapa yang akan pergi meninggalkannya. Fateh, cowok yang di anggapnya sahabat dan Khya sahabat hantunya yang sangat perhatian.

Dunia baginya seakan kejam, Harrowh begitu keji. Dan satu yang diinginkan Fatim, dia harus melenyapkan hantu itu serta Nathan dan mencari siapa pembunuh Khya.

"jangan pernah menganggu hidupku lagi," isakkan Fatim semakin keras, dia meringkuk tak ingin menatap apapun di depannya.

"Kamu memang akan kehilangannya, tapi percayalah salah satu mereka akan bertahan dan kembali.."

Fatim mengangkat kepalanya, dunia semakin sirna. Dan dia kehilangan kesadaran lagi.

"fatim, bangun!" cemas suara itu saat gadis itu mulai membuka matanya.

"Khya mana?"

"Apa maksud mu Fatim?" tanya bang Saaih tak mengerti.

"Khya?!"

"Dia belum kembali tetapi dia pasti akan baik-baik saja? Apakah kamu bermimpi?" tanya Bang Saaih berusaha menenangkannnya.

"Dia.. pergi selamanya.."ujar Fatim menunduk, ia ingin menangis tapi tak bisa.

Bisakah semuanya selesai tanpa harus kehilangan? Menyakitkan, lebih baik versama menyusul dari pada menahan sakit kehilangan.

GO AWAY! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang