Bab 31

621 48 24
                                    

FATIM POV

Kini, ku berdiri di jendela menunggu kabar dari Fateh. Entah kenapa seseorang berbisik memintaku kembali ke rumah itu. Hanya saja, bang Saaih tak mengizinkan ku lagi.

Sejak kejadian kemarin, Fatim hanya sering termenung menatap luar. Seharusnya hari ini Bunda dan Ayah akan pulang tapi mereka dimana.

"Bang Saaih! Bunda kok ngak datang?" ujarnya mendekati bang Saaih yang sedang membust tugas.

"Katanya lima menit lagi," ujar bang Saaih tak mengalihkan pandangannya dari laptop.

tok.. tok..

ketukan pintu terdengar, seakan membangkitkan semangat Fatim. Ia berlari menuju pintu namun, bukan Ayah atau bunda yang di lihatnya. Hanya sebuah surat kecil bertuliskan to, you.

"Tim, itu bunda?" tanya bang Saaih menuju ke arah pintu.

Fatim hanya menggeleng menatap surat itu. Sempat bang Saaih bertanya tapi, ia hanya menggeleng. Dengan cepat, bang Saaih menutup pintu.

"boleh kah abang melihatnya?" tanya bang Saaih di ikuti anggukan Fatim.

"Dia menghilang bersamanya, terdiam menunggu raih tangan seseorang. Bukan tak bisa, hanya saja rembulan tak hadir. Karena dia akan abadi di dunia ini.."

Mereka saling menatap, tulisan penuh dengan teka-teki yang sulit tuk di pahami.

"Apa maksudnya tim? " tanya bang Saaih membuat Fatim hanya menggeleng tidak tahu.

Bang Saaih terus bertanya meminta kejujuran dari adiknya. Akhirnya Fatim mengatakan firasatnya yang mengerikan tadi malam.

"apa maksudmu, tim? seseorang yang kamu kenal? makhluk mengerikan? gelap? apa maksud semua itu?" tanya bang Saaih saat mendengar penjelasan Fatim.

"Atim, ngak tahu bang, "serunya bingung.

KHYA POV

Dunia ini sangat indah, aku ingin kembali ke dunia ini hanya aku tak tega meninggalkan semuanya dalam keadaan seperti ini.

Ia bergandengan tangan bersama kak Ayna. terkadang pikiran itu muncul, khawatir dengan keadaan Fatim ataupun Fateh.

"Awh," lirih Khya melihat jarinya mengenai sesuatu, sebuah surat. bagaimana mungkin surat itu bisa membuatnya terluka.

"bagaimana mungkin kamu bisa terluka, seharusnya tidak bisa!" panik Ayna berusaha menghentikan darahnya.

"kak bisakah mengambil sepucuk surat itu!" mohon Khya meminta kepada Kak Ayna.

" k e m b a l i . . . "

GO AWAY! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang