bab 40

306 32 0
                                    

"Dia adalah kakakku,"

"Seseorang yang hanya satu-satunya menyayangiku sampai kapanpun.."

"Bahkan, setelah keluarga Fateh menjadikan aku keluarganya, dia tetaplah seseorang yang paling aku sayang!"

"Hanya kak Willa.."

serbuk merah muda itu, berubah menjadi sesosok yang di kenalnya bersama seseorang yang di sebutnya sebagai kak WIlla. Dan tiba-tiba saja, dia berada di sebelahnya sambil menatap bayangan dirinya dan kakaknya itu dari serbuk merah muda.

Fatim kembali menatap gelang miliknya. Sampai saat ini, ia tak mengerti kenapa gelang itu berada di tangannya saat dia kecil. Khya langsung menoleh menatap lekat gelang milik kakaknya itu. Tanpa di duganya, air matanya menetes saat mengulang kembali masa-masa itu.

Ia menoleh ke arah Khya yang tengah menatap bayangan senyuman kakaknya itu lalu menunduk dan melepaskan gelangnya tetapi di tahan oleh Khya. 

"jangan di lepas, aku memilih untuk menemui kakakku,"

"Kumohon jaga ini untukku dan untuk Kak Willa, dia pasti senang melihat aku memiliki teman yang bisa kutitipkan gelang miliknya, dan aku akan sangat senang jika kamu mau menjaganya," 

Fatim yang sedikit mengerti hanya menggelengkan kepalanya, "Kenapa dia senang, jika aku yang menjaga ini?" bingungnya seraya menolak.

" Karena kamu adalah adik dari teman dekat kakakku," senyumnya berusaha menutupi rasa kecewanya.

"Hah! Maksudmu bang Saaih?" kagetnya menatap khawatir.

Khya hanya menggelengkan kepala, "Kak Casil," singkatnya membuat Fatim tidak mengerti.

"Apa sih, Khya?" kesalnya karena sedari tadi tidak mengerti apa yang di maksud oleh temannya itu.

Namun, Khya hanya menggelengkan kepala lalu mengatakan bukan hak dia untuk mengungkapkan semuanya. Aneh terasa, di saat semuanya saling menyembunyikan dan hanya dialah yang tidak mengerti.

Saat ia ingin bertanya sekali lagi, tiba-tiba Khya mengatakan kepadanya untuk pergi sejauh mungkin.

Fatim menolak keras, dia tidak ingin di minta untuk berlari tanpa mengetahui maksudnya.

"Ini bukan saatnya untuk menolak!" tegasnya menatap tajam temannya itu.

"Tidak!" tukasnya tak kalah tegasnya.

Mereka saling melemparkan tatapan yang tajam. Pertama kalinya berselisih di antara mereka berdua. 

"Bisakah kamu mendengarkan perkataanku?"

"Aku akan menutup telingaku hingga kamu mengatakan kejadian yang sebenarnya,"

"Fatim! Ku mohon per-

"Aku akan membencimu, jika kamu terus memaksaku," ancam Fatim memotong kalimat Khya. 

Rasanya tak nyaman jika harus berselisih dengan seseorang yang di anggapnya sahabat, tetapi tidak akan terasa seperti sahabat jika ia terus menutupinya. 

Khya hanya terdiam, tidak mengatakan sepatah katapun.

"Aku tidak peduli kamu membenciku," lontarnya membuat Fatim yang menatap tajam, kini berubah dengan ekspresi sangat terkejut.

 "Kamu bukan siapa-siapa dan tidak baik untuk mengkhawatirkan aku yang tidak menganggapmu," sambungnya membuat ia semakin marah.

"Baiklah, aku tidak masalah. Aku kembalikan ini!" kesalnya melemparkan gelang itu lalu berlari meninggalkan Khya yang hanya tersenyum tipis.

"Akan ada saatnya kamu bisa berkunjung ke tempatku, tapi bukan saat ini," lirihnya mengambil gelang itu.





GO AWAY! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang