Bab 39

365 44 13
                                    

Cahaya di sekelilingnya berubah menjadi sangat terang menerang. Menyilaukan matanya, lalu ia berteriak memanggil nama itu berulang kali. Sebelum angin yang tiba-tiba berdesir sangat keras dan membuat ia berubah menjadi gumpalan pasir merah muda yang berterbangan.

"Khya!" teriaknya sekali lagi.

Namun, berganti dengan sesosok yang sangat di kenalinya.

Mata gadis itu masih tak bergeming untuk membalas teriakkan itu. Begitu sayu, lantas Fatim segera mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dengannya.

"Maaf, aku harus pergi," suara yang begitu pelan namun dapat di dengar olehnya membuat Fatim menatap tajam pada sosok yang ia yakini Khya.

"Tapi, aku akan membantumu hingga akhir, Fatim," Fatim yang begitu tidak mengerti hanya terdiam. Ia sama sekali tidak tahu harus berkata apa.

"Khya? kamu kah itu?" ujarnya kembali ingin memastikan.

Senyuman tipis terukir di bibir gadis itu.

"Aku dimana Khya?" tanya Fatim sekali lagi.

"Kamu selalu khawatir, tenangkanlah dirimu," ujar sesosok itu.

"Untuk saat ini, ikuti aku. Ada sebuah jalan pintas yang tidak bisa di jangkau oleh makhluk jahat itu!" pintanya berubahnya menjadi sekumpupan debu yamg berterbangan, seolah-olah memintanya untuk mengikui debu itu.

Sekeliling Fatim berubah menjadi sebuah tempat yang pernah di kunjunginya. Saat mengingat sesuatu ia melihat gelang kecil miliknya, lalu berlari mengambil.

Serbuk merah muda itu kembali berterbangan membuat ia harus mengikuti hingga ke sebuah pemakaman yang terletak di bawah pohon.

Fatim membaca tulisan di pemakaman tersebut.

Rakhya Athawilla.

Seketika tubuhnya membeku, nama belakang pemilik makam ini persis seperti ukiran nama yang tertulis di belakang gelang miliknya.

Dengan cepat, ia memeriksa dan memastikan. Dugaannya benar, keinginannya untuk mengetahui siapa itu, Rakhya Athawilla.

"Siapa dia?" gumamnya terduduk tepat di sebelah makam itu.

Serbuk itu hanya membawa dua tangkai mawar merah dan meletakkannya di makam tersebut.

"Aku dan dia memiliki hubungan apa?" tanyanya lagi mesti tak di jawab oleh serbuk itu.

Tepat setelah itu, angin berhembus membuat dedaunan di pohon itu terjatuh di makam itu. Seolah pohon itu menjaga makamnya agar selalu indah dengan dedaunan yang kering ataupun yang masih berwarna hijau.

"Pengungkapan akan selalu terjadi di akhir dan ketika itu semua terbongkar. Satu kata yang dapat di lontarkan."

"Maaf,"

GO AWAY! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang