🌟10. Kesempatan?🌟

31K 2.5K 218
                                    

Laper, makan nasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laper, makan nasi. Baper, makan hati. Cukup jelas perbedaannya, tapi kenapa pada lebih suka baper, ciwi-ciwi?

-Naufal-

∆∆∆

Jam kosong.

Jangan bilang diantara kalian ada yang tidak menyukai dua kata mutiara barusan? Karena sedikitpun tak ada yang akan percaya. Kecuali, gadis itu, si hijabers cantik macam Sabrina.

Baginya, jam kosong buang-buang waktu. Bukankah bersekolah itu untuk menuntut ilmu? Bukan seperti sekarang, dimana teman-teman sekelasnya sibuk wara-wiri macam penghuni pasar minggu.

"Sawer terus, bang!" itu suara Angga, si wakil ketua kelas yang kelakuannya cukup memusingkan.

"Belai dedek, bwang..." nah, yang ini Ella, dia paling terbuka bergaul dengan siapa saja.

"Buk aji, kagak pengen disawer?" tanya Angga mengerling pada Sabrina.

"Jijik weh!" Rifky melempar bola kertas ke kepala Angga. Cowok itu hanya terus berjoget tak jelas.

"Bi, rasanya dianterin sama si sedeng waktu itu, gimana?" tanya Maya ditengah-tengah kebisingan.

"Biasa aja, May. Kamu kenapa sih nanya kayak gitu? Kayak ada apa aja." ujar Sabrina sesekali melanjutkan membaca novel di wattpad.

Maya menatap seolah menyelidik sesuatu. "Beneran gak berasa gimana-gimana, gitu?"

"Gimana-gimana apanya?" Sabrina mengatakan itu seraya tertawa kecil. "Mau jodoh-jodohin nih kayaknya."

"Ish, Bina mah..." rengek Maya. "Oke, satu pertanyaan deh, lo jawab jujur ya, Bi. Coba lo deskripsikan Naufal itu orangnya kek gimana?"

Sepertinya berbicara seperti ini takkan membuat Sabrina fokus pada cerita yang ia baca. Jadilah gadis itu menekan lock screen pada ponselnya. Sabrina bertopang dagu sejenak. "Mmm... Ajaib."

"Hah?" Maya belum paham. "Ajaib apanya, Bi?"

"Yaa... Dia ajaib. Gak bisa ditebak orangnya. Satu diantara seribu, lah." ujar Sabrina. Suara halusnya selalu membuat Maya berdecak iri. Kapan Maya bisa se-kalem ini?

Maya tergelak lebar. "Apanya yang ajaib? Yang ada tuh, korslet!"

"Hush! Ga boleh gitu." tegur Sabrina, namun menyunggingkan senyum.

"Singkat, padat, dan jelas tu kata buat si dablek. Iya sih, kelakuannya emang rada-rada gitu, hahaha!" tawa Maya lagi-lagi menggelegar.

Sabrina hanya memberi respon dengan menggeleng. Maya kembali mengambil fokus Sabrina. "Bi,"

"Ya, May?"

"Maap nih, kalo entar kata-kata gue rada belibet." ujar Maya mendudukkan diri lebih dekat dengan Sabrina.

Abstract CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang